Orang Amerika yang tidak pernah bertemu dengan pecel sekalipun, ia tetap bisa mengenal makanan yang bernama pecel.
Deskripsikan saja bahan-bahannya, resep, porsi racikannya dan gambaran penyajiannya. Akan tetapi, mau dideskripsikan seperti apapun, kalau ia tidak mencicipinya langsung, ia tidak akan mendapatkan sensasi dari rasa pecel.
Berbeda kisahnya jika yang diceritai pecel adalah orang Indonesia yang sudah puluhan tahun tinggal di Amerika dan tidak bertemu pecel. Baru diingatkan sedikit saja tentang ciri-ciri pecel, ia langsung menelan ludah membayangkan lezatnya pecel.
Lezatnya pecel yang sebenarnya bukan bayangan, tetapi adalah kenangan. Kenangan masa lalu ketika menyantap pecel di Indonesia.
Begitupun ketika kita diingatkan tentang surga, atau bertemu sifat-sifat surgawi. Rasanya membekas dalam. Atau ketika berbuat kebaikan, berbuat hal-hal yang merupakan anjuran surga. Terasa ketenangan dan ketentraman yang langsung terasa.
Sebab surga sebenarnya bukan gambar bayangan. Surga adalah kenangan. Karena dari sana lah kita berasal-asul, sehingga kita memiliki kenangan atasnya.
(Diolah dari: Agus Sukoco)