Diiringi lantunan Takbir Idul Adha, Jamaah Maiyah Juguran Syafaat bersama-sama berkumpul bak di ruang tunggu. Pemberangkatan perjalanan Almarhum Bapak Arung Samudra menuju ke haribaan Allah Subhanahuwata’ala. Hari Rabu, 23 September 2015, bertepatan dengan malam Hari Raya Idul Adha, Jamaah Maiyah Juguran Syafaat kehilangan salah seorang penggiat terbaik yang telah bertahun-tahun berjuang bersama.
Almarhum Bapak Arung Samudra mangkat dari dimensi yang kita sama-sama tempati saat ini, menuju pada dimensi yang lebih tinggi yang lebih dekat dengan haribaan-Nya dikarenakan sakit. Ibu, Istri, dua putra, satu putri, satu menantu dan dua cucunya dengan berat hati dan berjuang untuk ikhlas melepas kepergian beliau. Bukan hanya keluarga dan Jamaah Maiyah yang merasa kehilangan beliau, tetapi seluruh warga Kutasari, Purbalinggapun turut merasa kehilangan.
Semasa hidupnya, Bapak Arung Samudra memiliki peran yang besar bagi tetangga dan masyarakat disekitarnya. Beliau adalah sesepuh bagi masyarakatnya. Diantara demikian banyak jasa beliau bagi masyarakat adalah program yang saat ini sedang berlangsung yakni program pembangunan mushola RT dimana beliau memiliki andil besar dalam menggerakkan masyarakat dan menghimpun pendanaan.
Bapak Arung Samudra adalah Penggiat Maiyah yang sangat aktif. Beliau hampir tidak pernah absen di kegiatan-kegiatan penting Maiyah di Banyumas Raya. Ketakdziman beliau pada Simbah Emha Ainun Nadjib tidak diragukan lagi. Bahkan beliau adalah yang paling hafal quote atau kata-kata yang kerap dilontarkan oleh Simbah Emha Ainun Nadjib.
Beliau adalah pribadi yang bersahaja. Sekalipun begitu, dalam kesederhanaannya totalitas perjuangan di Maiyah tidak tanggung-tanggung. Di awal-awal Kelompok Musik Ki Ageng Juguran merilis album yang pertama. Beliau bersama Bapak Partono habis-habisan menyiapkan pendanaan dan andil secara fisik menemani proses rekaman sepanjang malam dari awal hingga akhir rekaman selesai. Padahal saat itu, tidak ada hitung-hitungan prospek bisnis dari album tersebut, bahkan nama grup musiknyapun belum ada. Betul-betul motifnya murni pengabdian dan perjuangan.
Kini Beliau sudah tidak bersama-sama kita lagi. Kalau dunia ini adalah layar komputer dan kita manusia ada di dalamnya. Maka file Pak Arung sudah di “close”. Tapi file tersebut tidaklah hilang. Ia sudah berada di lembaran print out. Kita saja yang masih ditakdirkan berada di dalam layar, tak punya daya jangkau menemukan lembaran print out yang sesungguhnya lebih sejati.
Ditengah kesedihan kehilangan, sekaligus kita berbangga karena kita kini memiliki pasukan yang berada di dimensi yang lebih tinggi dari kita. Kalau semasa hidup di dunia saja Pak Arung demikian total membantu perjuangan Maiyah, apalagi sekarang ketika telah berada pada dimensi di atas dunia.
Semoga Allah Subhanahuwata’ala mempersaudarakan Pak Arung dengan para pejuang Allah dan para kekasih Allah disana. Dan semoga kita yang ditinggalkan diberikan keistiqomahan untuk mengikuti jejak baik beliau, keistiqomahan beliau dalam bermaiyah dan kesungguhan beliau dalam mempelajari dan mengerjakan Islam dengan penuh kejujuran, kemurnian dan ketinggian akhlak.
Kelompok Musik Ki Ageng Juguran dan Album yang telah dihasilkan adalah warisan istimewa yang beliau rintis yang harus kita jaga untuk terus menghasilkan karya dan mengayomi. Di setiap jengkal kemajuan kelompok musik ini ada jariyah amal bagi Pak Arung. Di setiap karya yang digaungkan kelompok music ini ada kebanggaan bagi kita juga bagi Pak Arung. Selamat Jalan Pak Arung…[] Rizky Dwi Rahmawan
Purbalingga, 31 Oktober 2015
Rizky Dwi Rahmawan
*) Catatan 40 hari wafatnya Pak Arung Samudra