Surat Kepada Para Pengaku Nabi

Sebenarnya orang yang cerdas tidak perlu mengaku-aku dirinya siapa. Untuk apa mengaku nabi,dewa,satria piningit dan malaikat?. Apa urgensi dan relevansi pengakuan semacam itu bagi kepentingan orang banyak?. Seperti halnya utuk apa mengaku diri sebagai orang baik atau mengaku sebagai orang hebat? Siapa yang berhak mengesahkan seseorang sebagai orang baik dan hebat? Seandainya ada orang yang benar-benar hebat dan baik tetapi dirinya dengan penuh semangat mengumumkan kepada orang lain bahwa dirinya baik dan hebat, maka batalah kehebatan dan kebaikannya. Karena salah satu syarat untuk disebut baik dan hebat adalah ikhlas, bukankah dengan mengaku-aku apalagi mengumumkan kehebatan dan kebaikan dirinya kepada orang lain berarti telah menunjukan ke-tidak-ikhlasan. Apalagi kebaikan dan kehebatannya baru pada “sesumbar” dimulut dan belum dibuktikan pada tingkat fungsi dan manfaat di dalam masyrakat.

Seandaianya anda orang hebat dan tidak diakui sebagai orang hebat oleh orang lain, apakah kemudian anda jadi tidak hebat? Apakah untuk mengesahkan kehebatan diperlukan pengakuan orang lain?. Jadi kalau ada orang mengaku nabi, atau sekalian ditambah seribu gelar kehebatan yang lain, lalu apa kepentingan masyrakat untuk mengakuinya? Kenapa para pengaku nabi begitu tersiksa ketika dibantah dan tidak dipercaya pengakuannya itu? sehingga harus dengan “pethakilan” ingin berdebat segala.

Dari pada waktu dan energi anda habis untuk sekedar merespon penolakan khalayak atas pengakuan yang terlanjur anda umum-umumkan itu, tarik kembali statement pengakuan itu. Lalu, diam-diam membuktikan “kenabian’ anda melalui fungsi-fungsi kongkret dalam kehidupan orangbanyak. Jika anda bisa menurunkan dolar, meningkatkan taraf kesejahteraan umat, menentramkan dan merukunkan perbagai konflik sosial serta berbagai problem mendasar kemasyrakatan yang lain, meskipun tidak satu orangpun mengakui anda sebagai nabi, tetapi anda telah menjalankan tugas-tugas kenabian.

Seandainya anda memang benar-benar nabi yang ditugasi Tuhan, saya yakin yang ditagih oleh Tuhan kepada anda adalah kesuksesan anda dalam menjalankan amanat kenabian, bukan keberhasilan anda dalam meyakinkan kepada orang lain bahwa diri anda nabi. Menjadi aneh jika nabi sibuk melegitimasikandiri dengan memohon-mohon untuk dipercaya oleh masyrakat.

Pengakuan diri sebagai nabi,satria piningit,dewa dan berbagai gelar ‘agung’ yang lain hanya akan menambah beban sejarah di tengah beratnya derita bangsa hari ini. Mustahil jika kehadiran nabi betulan malah menambah persoalan seperti itu.

Jika suatu saat Tuhan diam-diam memandati saya jadi nabi, saya akan simpan rapat-rapat gelar itu di pusat kedalaman kalbu paling rahasia. Bahkan anak istri saya sendiri sekalipun tidak boleh tahu…..hehehesaya tidak akan mengahabiskan waktu dan energi untuk hanya sibuk memperjuangakanagar orang mengakunya, karena nabi itu tinggi sehingga tidak membutuhkan legitimasi dari intsitusi kebudayaan manusia yang rendah. Yang harus segera dikerjakan justru mendayagunakan potensi dan mukjizat untuk menyelesaikan berbagai persoalan. Karena jika Tuhan mengutus nabi pasti dibarengi dengan fasilitas istimewa berupa mukjizat.

Bagi para pengaku nabi, tampaknya Tuhan telah salah kirim SK, terbukti orang yang hari ini mengaku nabi ternyata kurang memiliki kecerdasan. [] Agus Sukoco