Capres-fever atau demam capres. Bolehlah saat ini dinamai seperti itu, saat dimana informasi seliwer-beterbangan tentang 2 kubu yang sedang bertarung memperebutkan kursi mandat, tampuk amanat bangsa ini. Sekian banyak orang bahkan terhipnotis dan tersihir oleh informasi-informasi yang berjejalan memenuhi segala bentuk media itu, sampai-sampai mereka bertengkar bahkan marah satu sama lain disebabkan ataa Capres yang mereka dukung berbeda satu sama lain.
Saya jadi teringat kisah masyhur Nabi Musa saat berguru kepada Nabi Khidir. Khidir mengijinkan Musa berguru kepadanya, dengan syarat : dilarang bertanya.
Dalam perjalanan Musa mengikuti Khidir untuk berguru, Musa terhenyak ketika mereka berdua mendapati sebuah kapal nelayan yang akan berangkat berlayar tiba-tiba dibocori itu kapal oleh Khidir. Sehingga batal sudah nelayan itu pergi berlayar. “Kenapa kau bocori kapal itu?”, tanya Musa. “Jangan bertanya!”, Khidir mengingatkan syarat Musa kalau mau berguru.
Perjalananpun berlanjut. Hingga mereka bertemu dengan seorang anak kecil. Musa pun kembali terhenyak, ketika itu ia melihat Khidir membunuh anak kecil itu. Musa kembali bertanya, apa sebabnya anak itu dibunuh? Khidir menjawab “eit, ingat Musa, jangan bertanya”.
Karena Musa masih ingin berguru, Musapun batal bertanya, perjalanan dilanjutkan. Sampailaj mereka si suatu daerah, mereka mendapati rumah reot yang hampir roboh. Kemudian Khidir mengajak musa memperbaiki rumah itu. Musa bertanya “Untuk apa memperbaiki rumah reot yang tidak ada penghuninya ini?”. Khidir sudah tidak mentolerir, Musa sudah 3x melanggar persyaratan untuk berguru.
Pembelajaran bagi Musa, Khidir Akhiri dengan menjelaskan pertanyaan2 Musa tadi. Khidir menjelaskan, kenapa kapal nelayan dibocori, karena Khidir tahu di laut sedang ada perompak yang akan menghadang, kalau saat itu berlayar, tamatlah riwayat para nelayan. Ya, Khidir tahu peristiwa yang sedang terjadi.
Lalu, kenapa anak kecil dibunuh? Khidir menjelaskan, anak ini kelak dewasa akan menjadi orang yang jahat, sebelum membuat kerusakan, lebih baik dibunuh. Ya, Khidir tahu peristiwa yang akan terjadi.
Terakhir, kenapa rumah reot diperbaiki? Khidir menjawab, karena dibawah rumah ini ada harta karun tersembunyi, kalau dibiarkan roboh, harta karun bisajadi diambil oleh orang lewat, mendahului pewarisnya yang behak menemukan. Ya, Khidir tahu informasi tentang masa lalu.
Lalu apa hubungannya dengan hingar bingar Capres? Hubungannya adalah, saat ini sekian banyak orang sedemikian percayanya, bahkan sampai terhipnotis, malahan tersihir oleh informasi yang berseliwer masuk ke telinga mereka.
Ada informasi yang menyebutkan kalau kandidat tertentu jadi, maka dia akan menyerahkan kue ekonomi kepada etnis tertentu, sehingga agama tertentu menjadi terganggu. Ini jenis informasi tentang masa depan.
Begitu pula ada informasi tentang masalalu, kalau kandidat tertentu adalah pelanggar kemanusiaan, punya dosa ini dan itu. Ini jenis informasi tentang masa lalu.
Pertanyaannya, kenapa sedemikian percayanya pada jenis-jenis informasi itu? Siapakah pembawa informasi itu? Kok sampai sebegitu diimaninya seolah-olah itu kebenaran mutlak.
Harusnya kita ada proses cek & ricek, ada istikharoh yang sungguhan, bukan hanya menelan informasi tentang masa depan dan masa lalu begitu saja.
Memangnya si pemberi informasi itu kredibel? Dapat dipertanggungjawabkan? Memangnya sj pemberi informasi itu Nabi Khidir? Yang tahu masa depan, masa kini dan masa lalu sehingga menjadi guru bagi Musa.
Atau jangan-jangan kita hanya termakan bualan tukang-tukang sihirnya Firaun. [] Rizky Dwi Rahmawan