Hutang Pengetahuan Modern

Mbah-mbah kita , gairah membacanya sangat kuat, semangat untuk menangkap petunjuk Tuhan begitu tinggi. Bukti semangat itu terlihat dari begitu kayanya jenis bahasa alam yang sudah diwariskan dan di-baku-kan dalam kebudayaan kita. Kebudayaan kita memiliki kamus bahasa alam yang unik dan menarik. Sekedar suara burung, bunyi tokek atau kupu-kupu yang kebetulan masuk ke dalam rumah saja, dibaca sebagai pesan atau kabar alam kepada manusia. Ilmu pengetahuan modern masih memiliki ‘hutang’ untuk membuktikan bahwa fenomena semacam itu bukan klenik. Bukankah agama juga telah menginformasikan secara gamblang tentang jenis ayat di luar teks yang disediakan Tuhan untuk dibaca, yaitu ayat kauniyah.

Orang -orang tua kita mungkin buta huruf terhadap teks, tetapi sensitifitas batin mereka untuk meraba pesan alam adalah juga sebuah potensi yang tidak bisa kita remehkan. Begitu detail leluhur kita dalam membaca pertanda-pertanda alam. Sayang sekali kita lebih memilih untuk takabur dengan menganggap warisan ilmu semacam itu hanya sebagai ‘sampah’ keimanan dan tinja bagi akal sehat.

Tradisi pencari kebenaran adalah berjuang untuk selalu berbaik sangka dan memperlakukan apa saja sebagai bahan riset. Saya masih optimis bahwa seluruh nilai dan sejarah keilmuan leluhur kita adalah jawaban atas segala kebingungan yang sedang menggelapi peradaban kita hari ini.

Sikap buru-buru menyangka fenomena keilmuan leluhur sebagai faktor destruksi iman adalah sumbatan yang mengancam perjalanan pengenalan diri sebuah bangsa. Dan jika sebuah bangsa gagal mengenali diri sejarahnya, maka seluruh keputusan budayanya hanyalah angan-angan dan spekulasi yang kehilangan ketepatan orientasi. [] Agus Sukoco

Reportase: Takhayul Modern, Ilmiah Tradisional

Siapa bilang orang jaman dulu menggunakan kendil tanah liat untuk tempat minum adalah karena ketidakmampuan mereka membuat wadah dari bahan yang lebih baik? Nyatanya riset ilmiah membuktikan bahwasanya bahan-bahan plastik tempat minum dengan berbagai model dan jenisnya tidak selalu memberikan dampak positif kepada air yang diwadahinya. Justru air di dalam kendil terpelihara dinginnya tak perlu di kulkas, terpelihara Ph-nya sehingga terjaga pula kualitasnya.

Bagaimana slogan 3R (Reduce-Reuse-Recycle) menjadi project yang tak bisa terukur keberhasilannya, karena harus berhadapan dengan birahi industri zaman ini yang menggunakan bahan-bahan tidak terbaharukan tanpa memperhatikan ekosistem. Sedangkan pada masa lalu, peralatan dibuat oleh manusia dengan kalkulasi yang matang terhadap penjagaan keseimbangan alam. Soled dan centhong dibuat dari kayu tanpa menghabisi stok pohon. Risban dan lincak dibuat dari bambu dengan kuota produksi yang menjamin tetap lestarinya bambu.

Perhatikan misalnya upacara pernikahan klasik, juga prosesi kehamilan hingga lahirnya bayi, syarat akan alat peraga dan simbol yang bermuatan sugesti positif. Yang orang sekarang baru paham keilmiahan alat peraga dan simbol itu setelah mempelajari teoriutilisasi sebagai bagian dari ilmu psikoterapi dari Barat.

Sedangkan orang zaman sekarang malah memproduk ke sia-siaan yang jangan-jangan takhayul belaka : tradisi mengirim karangan bunga, tradisi peresmian dengan membunyikan sirine, tradisi bakar duit pesta kembang api serta masih banyak kita bisa temukan tradisi-tradisi masyarakat kontemporer lainnya. [] RedJS