Mukadimah : Manggon atau Mlaku?

Walaupun sekedar tempat kost, bukan berarti menjadi sah membiarkannya dalam kondisi semrawut, berantakan dan tidak terurus. Bagaimanapun menjaga tempat tinggal dengan bersih-bersih setiap waktu, menata agar rapih, menanamkan ke dalam diri tanggung jawab pengelolaan adalah sebuah kewajiban.

Lalu apabila nanti tempat kost terlalu rapih, terlalu nyaman dihuni malahan bisa-bisa si penghuni terlalu kerasan sehingga lupa kepada kampung halaman. Ya tidaklah. Anak kost tetaplah anak kost. Serapih apapun tempat kost, kesadaran dibenaknya tetaplah kesadaran bahwa ia sedang merantau. Kalau pun ada kalanya terlupa merindu pada kampung halaman, ketika kiriman terlambat datang mau tidak mau pada saat itu kampung halaman kembali terngiang. Alasan yang lebih masuk akal atas tidak ditata-dikelolanya tempat kost adalah sebab dirinya kesét.

Kita datang ke bumi hari ini sesungguhnya untuk manggon atau mlaku? Menetap layaknya seorang transmigran di sini atau sekedar pembelajar temporer yang harus melanjutkan perjalanan setelah misi berakhir? Kalau Bumi adalah tempat menetap, maka pastikan bangun kebesaran yang sebesar-besarnya. Akan tetapi, jangan lupa untuk pindah kewarganegaraan terlebih dahulu. Namun, kalau Bumi adalah persinggahan belaka, semaksimal apapun kita dalam membangun dan menata, tetap selayaknya tempat kost derajatnya.

Walau sekedar tempat kost, tak juga sah untuk kita membiarkannya secara kemproh. Sebab di negeri perantauan, setiap kita sesunguhnya membawa representasi tempat asal-usul kita. Begitulah diri kita hadir harus menjaga muru’ah alias nama baik dari kampung halaman sejati kita. [] RedJS