Upgrading Penggiat JS : Miliki Spirit Mbah Nun Muda

Forum Selasaan adalah salah satu forum rutinannya para penggiat Juguran Syafaat. Selasa kali ini (21/6), forum mengambil tempat di aula Madin Karangklesem, Kutasari, Purbalingga. Tampil berbeda dengan suasana forum seperti biasanya yang santai, jagar-jugur dengan begitu cairnya, kali ini Selasaan sengaja digelar dengan format yang agak formal.

Wadil, salah satu Penggiat menyampaikan bahwa pada malam hari itu semua berkumpul hendaknya diniati untuk meluruskan kiblat bersama-sama. Lalu, Hedi mengerucutkan ruang lingkup dari maksud meluruskan kiblat, yakni bersama-sama melakukan penyamaan pemahaman mengenai wilayah kerja penggiat.

Jadilah, oleh Kusworo malam hari itu forum secara dadakan diberi nama: Forum Upgrading Penggiat. Nael yang sudah lama menghendaki adanya forum semacam ini langsung setuju dengan pengistilahan tersebut, menurutnya dengan adanya forum semacam ini, dengan terbangunnya kesamaan pemahaman antar sesama penggiat akan dapat meng-upgrade kualitas kepengasuhan yang menjadi peran Juguran Syafaat sebagai salah satu Simpul Maiyah Nusantara.

Rizky kemudian merespon, bahwa ada beda Upgrading Penggiat Juguran Syafaat ini dengan kebanyakan forum upgrading-nya organisasi formal. Bedanya adalah bahwa kita tidak melulu mencari-cari kekurangan dan mengada-adakan pekerjaan baru dalam rangka optimalisasi. Tetapi paradigma upgrading kali ini adalah bagaimana kita mensyukuri kerja prestatif yang sudah kita kerjakan. Karena bila pekerjaan tersebut tidak disadari sebagai prestasi, bisa menjadi hilang keistiqomahannya, memudar tanpa terasa.

Pembahasan berlangsung serius tetapi tetap khas dengan guyon candaan ala Banyumasan-Purbalinggaan. Kerangka diskusi malam hari itu mengacu pada refleksi tiga momen penting yang pernah dilalui Juguran Syafaat, yakni: 1) Silatnas Maiyah, 2) Pisowanan Dalem ke Kadipiro, 3) Ihtifal Maiyah.

Pak Tono menyampaikan refleksi dari Silatnas yakni rumaketnya rasa persaudaraan, rasa menjadi keluarga di dalam Juguran Syafaat. Nael menambahkan, spirit menyuguhkan prestasi walau bekerja di ‘dapur’ harus terus dihadirkan kembali setiap saat.

Kemudian refleksi Pisowanan Dalem ke Kadipiro disampaikan oleh Rizky dengan diagram matriks kepengasuhan simpul. Simpul bukan hanya sebatas sarasehan bulanan, tetapi di dalam matriks kepengasuhan tersebut terdapat peran simpul untuk memberi pengaruh wacana / isu publik, memberikan dedikasi karya dan senantiasa berusaha membangun model hidup bersama yang ideal.

Hirdan kemudian memberikan refleksi perjalanan menuju Ihtifal Maiyah bulan Mei lalu. Ketika penggiat Juguran Syafaat berkesempatan bertemu dengan Mbah Nun, Mbah Nun berpesan tentang rasa syukur beliau atas produktivitas para penggiat di simpul-simpul Maiyah. Sebuah dhawuh yang merupakan apresiasi sekaligus cambuk bagi kita.

Naim kemudian menyambung, bahwa perjalanan Ihtifal kemarin bagi beberapa penggiat adalah perjalanan naik kereta api untuk yang pertama kali. Sebuah sisi lain yang membuat gelegar suasana ketika fakta itu digelar. Kemudian fakta lainnya adalah Naim memberikan apresiasi kepada Amin yang ketika selesai Ihtifal diam-diam dia mencuci ratusan piring tanpa seorang pun yang mengetahuinya. Fakta ini pun akhirnya terkuak. Amin mengaku, ia hanya ingin ngrewangi Mbah Nun pada hal yang ia bisa kerjakan.

Menjelang penghujung forum, beralih topik, Toto memantik diskusi mengenai penataan Musik KAJ mengingat animo publik yang demikian antusias membuat manajemen harus selektif dalam memilah undangan-undangan. Ditegaskan kembali bahwa paradigma musik KAJ mengambil inisiasi dari Kiai Kanjeng sebagai musik pelayanan.

Ketika media sosial menjadi media interaksi online, KAJ menjadi media interaksi offline. Diantaranya melalui program EDUSANTRI yang sudah di launching di awal Ramadhan lalu. Hilmy menyampaikan harapannya untuk setelah ini KAJ lebih tertata secara jadwal dan manajemen.

Menjelang waktu sahur, forum Upgrading kemudian dipungkasi.  Di sesi-sesi akhir, semua bersepakat untuk masing-masing menyadari perannya bahwa semua adalah ‘produsen’ pada wilayah kerjanya masing-masing. Bukan hanya konsumen.

Rizky menutup dengan menyampaikan wejangan dari Mas Agus Sukoco yang disampaikan beberapa hari sebelumnya, “Kita mulai untuk seolah-olah menjadi Mbah Nun muda, miliki spirit itu”.

Acara malam hari itu diawali dengan sholawat dipandu oleh Sholeh, giliran mengakhiri, Sholeh menunjuk Ujang untuk memandu Suluk An Nur. Kemudian para penggiat melanjutkan dengan sahur bersama. [] RedJS