Pak Titut Menghidupkan Lagi Wayang Cumplung

Minggu 7 Mei 2023, Abah Titut bersama sejumlah seniman kenamaan Banyumas, mengadakan acara Panen Waluh (Labu). Tanaman yang ia tanam di kebun yang letaknya di belakang Balai Desa Pangebatan ini sudah saatnya untuk dipanen. Acara panen sengaja dibuat meriah, dihadiri oleh Warga masyarakat sekitar, Sanak saudara, Petani, Pak Kades, serta Pak Wabup Banyumas, Pak Sadewo.

Konsep dari acara tersebut adalah menyampaikan kegembiraan dan edukasi semangat bertani kepada masyarakat dan anak cucu sebagai bentuk ketahanan pangan. Waluh waluh yang dipanen nantinya akan langsung dijual kepasar dan sebagian akan dikeringkan, yang nantinya akan dijadikan bahan baku untuk pertunjukan seni melukis waluh di rangkaian acara berikutnya.

Unik idenya Abah Titut memang, peristiwa panen sekaligus digunakan untuk menghidupkan lagi sebuah kesenian lokal yakni Wayang Cumplung. Sekilas tentang wayang ini adalah jenis wayang yang bahan utamanya terbuat buah kelapa yang sudah tua hampir kering, kemudian dikupas, dilubangi dan diambil saripatinya, kemudian dikemas dan dirangkai seperti boneka, boneka ini disebut boneka cumplung.

Batok kelapa kosong jika sudah diberi pegangan seperti wayang dan di mainkan menjadi pertunjukan, namanya menjadi wayang cumplung yang memiliki makna orang yang tidak memiliki pikiran sehat secara moral sehingga perilakunya tidak mencerminkan nilai nilai kebijaksanaan, bahasa jawanya ora ndue utek/uteke-utek cumplung (buah kelapa tua yang isinya kosong).

Wayang cumplung sudah tidak familiar di masyarakat. Kali ini dibawakan lagi dengan format yang berbeda. Yakni yang dimainkan kali ini bukan batok kelapa kosong, melainkan wayang cumplung versi wayang orang. Abah Titut sengaja mengganti peran boneka cumplung menjadi manusia beneran yang menjadi wayang pada pementasan tersebut. Ini merupakan penampilan wayang cumplung versi wayang orang yang pertama kali ada di dunia. Bukan Abah Titut namanya kalau tidak memberikan “daya ganggu”.

Setelah pertunjukan selesai, acara dilanjut dengan tembang dan joged joged kegembiraan, minum teh serta praktek edukasi cara mbedul boled (memanen singkong). Bergulir acara medang dan ngobrol – ngobrol santai, para hadirin pun dipersilakan melihat-lihat kebun dan diperbolehkan membawa isi kebun seperti waluh, boled, bibit boled, jeruk, pare dan jambu kristal secukupnya yang ada di kebun secara gratis sebagai oleh oleh.

Indahnya berbagi dan indahnya bertani sebagai bentuk kemakmuran. Abah Titut berharap dengan adanya kegiatan hari itu, generasi muda yang hadir dapat memiliki semangat untuk mencintai pertanian. Generasi muda diberi pengalaman langsung, bahwa sebetulnya dengan bertani yang benar hidup terasa makmur dan lebih leluasa untuk berbagi.

Acara hari itu sekaligus juga sebagai seremoni peresmian dimana lahan tersebut akan dijadikan obyek riset disertasi oleh adik dari Ibu Titut. Pak Wabup Sadewo mengaku senang ikut hadir dan merasa bangga atas kiprah dan kebermanfaatan dari apa yang dikerjakan oleh abah Titut.

Info Kegiatan: WELAS ASIH ING BUWONO

Ada banyak jalan untuk bisa bersilaturahmi, salah satunya melalui musik. Untuk itulah para pecinta musik yang tergabung dalam komunitas Banyumas Rock Community berupaya memberi wujud syukur bersama atas anugerah bermusik dalam bentuk pagelaran drama musikal dengan tema Welas Asih ing Buwono. Dengan berbagai perbedaan kultur, disiplin seni, musikalitas yang dianut para talenta yang tergabung pagelaran ini, diharapkan bisa menjadi salah satu ruang ekpresi tentang bagaimana pentingnya menemukan titik-titik keindahan dalam perbedaan.

Pegiat Medsos Purwokerto dan Purbalingga dalam Gathering yang Nge-Blend Banget

Selasa, 28 Juni 2022 kemarin, Waroeng Juguran menginisiasi Gathering Pegiat Medsos di wilayah  Banyumas, Purbalingga dan sekitarnya. Sebagai kolaborator dari event ini terlibat juga teman-teman dari KJS Organizer. Forum berlangsung dalam suasana gayeng dan nge-blend banget, figure-figur dunia digital para admin medsos dan influencer ajur-ajer, dalam vibe kolaborasi yang begitu terasa. Sebagai bagian dari KJS Organizer saya sangat bersemangat untuk hadir lebih awal, nawaitu menambah relasi pertemanan.

Peserta yang hadir sekitar 40 orang dari berbagai wilayah terdekat, dan acara dimulai pukul 13.00 hingga senja hari. Acara dipuncaki dengan santap makan bersama sembari ngobrol santai, hingga yang tak boleh terlewatkan adalah sesi foto bersama.

Mas Irfan Bahtiar kerap disapa Irfan Bawor atau dikenal juga dengan sapaan Mas IB bertindak sebagai Narasumber. Sedangkan Mas Kukuh Prasetyo sebagai Moderator.

Beberapa hal menarik yang saya tangkap dari Tema “Membangun Personal Branding di Era Society 5.0” yang disampaikan oleh Mas IB adalah bahwa manfaatkanlah medsos sebijak mungkin dan se-cuan mungkin. Kenapa harus cuan? Karena cuan akan memberi kita semangat dan energi yang lebih, punya greget, sehingga kita tidak bermalas malasan dalam membuat konten, dan Mas IB pun berpesan agar tidak bingung hari ini mau buat konten apa, maka milikilah tabungan konten, punya 30 tabungan cukup untuk mengatasi kebingungan ide konten, begitu ungkap beliau.

Lalu point kedua adalah tentang Bagaimana caranya menghasilkan cuan dari media sosial? Caranya adalah melalui  “Branding, Marketing, dan Selling”. Branding agar kita atau produk kita diingat oleh orang lain. Marketing agar spesifikasi kita di kenal oleh orang lain, dan Selling agar orang lain belinya ke kita aja.

Dalam membangun akun Instagram, pisahkan antara akun pribadi dan akun bisnis. Akun pribadi untuk personal branding mengenai aktifitas kita sehari dan akun bisnis untuk endorsment, penyedia layanan/jasa, atau produk yang kita tawarkan ke publik. Portofolio kedua jenis akun tersebut akan saling membantu dalam membentuk branding yang kuat di mata masyarakat.

“Di Facebook, Instagram, Tiktok atau medsos lainnya orang berkerumun disana banyak sekali. Mereka berkerumun dan gratis. Lalu apa alasan kita tidak ikut nimbrung? Ada apa malah memilih menyingkir”, Mas IB memotivasi tentang betapa besar potensi utilitarian dari kerumunan digital bernama Medsos.

Setelah mendapat pencerahan, inspirasi dan vibes dari Mas IB cara pandang saya terhadap medsos jadi lebih seimbang. Kemarin itu saya hampir anti-medsos tertentu gara-gara gagal menemukan manfaat. Terlebih saya sangat antusias mencermati documenter “Social Dilema” yang benar-benar menelanjangi sisi kontraproduktif bermedsos. Sekarang saya seperti menemukan titik koordinat yang lebih netral. Dan memang sangat masuk akal sih. Bahwa untuk memanfaatkan media sosial se efektif mungkin dengan dosis yang tepat dan kalau bisa harus cuan dalam bentuk materi ataupun bentuk yang lainnya. Seperti itu, Terimakasih Kang Bawor, Terimakasih Sedulur Pegiat Medsos, Terimakasih Waroeng Juguran.

Wejangan dari Mbah Nun pada Launching Desa Mandiri Internet

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Terima kasih teman-teman semua yang menginsiatifi perintisan Desa Mandiri Internet. Nanti kita akan mengupas segala kemungkinannya di acara Sinau Bareng.

Jadi yang pertama, wong urip iki ndelok opo-opo nek iso sing jangkep, nek ndelok uwoh kudu ngerti godhonge, kudu merhatekke kembange, rantinge, uwite sak oyode sak lemaeh. Lemah karo bumi kan bedo. Lemah kuwi berkait dengan bumi yang besar. Nek wis tekan bumi kuwi berarti ono wulan, ono srengege, ono  galaksi dan seterusnya.

Jadi kita befikirnya selalu berkait-kait, jangan sampai berfikir fokus itu kowe melihat sesuatu tidak melihat kiri-kanannya atau latar belakangnya.

Ketika saya didatangi temen-temen ke Jogja kemarin. Terus bilang kepada saya untuk bersama sama kita resmikan desa mandiri internet. Saya mikire langsung iki opo yo? Saya terus teringat Kanjeng Nabi: Iki sing jenenge fathonah.

Jadi fathonah itu terjadi kalau, itu kan empat ya: sidhiq, amanah, tabligh, fathonah, itu ora dhewe-dhewe. Jadi ora ono uwoh nek ora kembang ndisik, Kembange ya ora metu nek godhonge ora mendukung.

Jadi fathonah itu adalah hasil terakhir dari disiplinnya Rasulullah dengan watak atau mental sidhiq sehingga Beliau amanah secara sosial, sehingga Beliau punya kompetensi untuk tablig. Terus hasilnya pasti fathonah.

Jadi, rintisan desa mandiri internet ini pasti berasal dari sidhiq, pasti berasal dari kesunggguh sungguhan, jadi pasti ada satu kelompok masyarakat sing tenanan. Nganti pak lurahe, pak camate kabeh tenanan.

Sidhiq itu selama ini di artikan oleh para ulama sebagai jujur. Jujur itu outputnya, ibarat entut iku ambune dudu entute. Nah sidhiq itu artinya tenanan, dadi Bupati tenanan, dadi lurah tenanan, dadi pengusaha tenanan, dadi wong Islam tenanan.

Dari tenanan itu akan menghasilkan amanah. Nek kacang tenanan kacang yo kowe iso payu sebagai kacang, nek pitik tenanan pitik mengko dibeleh sebagai pitik. Jadi kita itu akan bermanfaat dan berfungsi kalau kita sungguh-sungguh menjadi yang ditugaskan kepada kita. Nek kene dadi menungso yo ojo njur ngewan, ojo njur malaikat. Nek menungso yo menungso, ora malikat, ora jin, ora sing bedo-bedo.

Menurut saya desa mandiri internet ini adalah salah satu hidayah Allah yang berupa fathonah kepada masyarakat Banyumas. Karena di seluruh dunia yo lagi ono siji iki, dadi iku nek ora fathonah yo ora mungkin, neng Amerika ora ono neng Rusia ya ora ono, neng planet ndi ndi ya ora ono. Onone ning banyumas, onone ning Desa Karanggintung.

Jadi, saya kesini ini dengan perasaan bersyukur kepada Allah, seneng ndelok Banyumas, karo bangga ndelok konco-konco sing nggawe desa mandiri internet. Saya bangga. Bangga artinya ada sesuatu yang membuat saya tidak sekedar seneng, tapi ono mongkog-e, ada plus-nya.

Jadi ini adalah fathonah. Itu berarti sejak awal Pak Luraeh, masyarakat desane, karo konco-konco sing nggawe iki mesti wong tenanan. Tenanan mesti jujur. Nek ora jujur ora tenanan berarti.

Tenanan dengan jujur menghasilkan dipercoyo uwong, amanah. Maka pesan Pak Bupati sangat bagus, tolong amanah keuangannya dijaga.

Nek njenengan nyicuk banyu memakai tangan, airnya bocor-bocor, kalau Kanjeng Nabi tidak. Makanya Beliau orang yang sangat amanah. Utuh. Itu secara fisik seperti itu, secara simbolik.

Kanjeng Nabi ngurusi opo-opo ora ono sing keteter, ora ono sing ketelingsut, ora ono sing keri. Nek Kanjeng Nabi ngendiko pokoke ning ndunyo iku ono barang sing jenenge wajib, ono sing sunah, ono sing mubah, ono sing makruh, ono sing harom. Liyane wis ora ono. Semua hal dalam kehidupan ini mencakup lima hal itu.

Misale Pak Bupati iki dia punya kualitas wajib di hatinya orang Banyumas, dadi nek bupati nganti ganti nangis mengko iku, ojo nganti wis kae wae ojo liane, kan berati beliau punya kualitas dan mutu wajib.

Nek mutunya sunnah itu yo nek iso kae, Pak Bupati kalau bisa dia lagi, nek ora iso yo piye meneh wong jenege wong urip, iku sunnah.

Nek Bupati ngisore kui, arep kae yo ben ora kae yo ben. Ono ra ono ora masalah. Nek iso ojo dadi menungso koyo ngono kuwi. Nek iso dadio wong sing ditangisi wong liyo nek njenengan ora ono. Apa pemimpin, atau anggota masyarakat kalau bisa kualitasnya kualitas wajib. Ojo nganti ora ono wong kae , kae top tenanan, nek ana kae top tenang uripku.

Nah ojo nganti dadi manusia makruh, makruh iku yo jelas toh, ojo kae Bupati mbok nggolet wong liyo sing leweih nggenah. Kalau ada pikiran seperti itu di masyarakat berarti Bupati itu makruh.

Nek diemohi tenan berarti Bupati haram. Moh aku, moh tenan nek kae bupatine, cingker bungker mati ngadeg moh, itu berarti dia mempunyai kualitas haram.

Jadi mari kita menjadi manusia yang wajib. Manusia sing dieman karo wong, manusia sing nek kelangan awake dewek do nangis. Dalam posisi apapun.

Nah, menurut saya desa mandiri internet ini kualitasnya tidak hanya sunnah, kualitsnya sudah wajib. Jadi nek ora ono desa mandiri internet, suk suk gela banget kowe iki, mulane saiki mergo wis mulai ono, wis arep diresmekke, ayo dijoogo bareng-bareng, kanti amanah kanti sidhiq.

Desa mandiri internet ini kan sebuah tema. Kabeh opo wae neng urip kuwi kan tetep ono manfaate ono mudharate. Bisa harapan, bisa ancaman. Atau unsur harapannya apa saja, unsur ancamannya apa saja, itu harus kita fahami. Maslahatnya apa saja, mudharatnya apa saja harus kita fahami semua, kalau nggak nanti kita keselimpet di tengah jalan terntyata mudharatnya tidak bis akita atasi.

Tapi intinya adalah menurut saya ini kan revolusi keempat. Bangkitnya dunia dimulai dari revolusi Prancis zamannya Renaisance abad 16-18 diteruskan di Italia dan seterusnya. Itu Namanya revolusi pengetahuan. Orang Barat menganggap itu revolusi pencerahan.

Kalau menurut saya terbalik, iku dudu pencerahan, itu merenggut manusia dari Gusti Allah. Karena sejak itulah menungsa wis ora nganggep Gusti Allah. Manusia itu menjadi pemimpin dunia dan menguasai dunia.

Jadi hubungane karo wit-witan adalah menguasai, terhadap hewan juga demikian, bukan Kerjasama sesama makhluk Tuhan.

Kalau di Maiyah kan kewan kuwi kangmasmu, wit-witan kuwi kangmasmu. Itu saudara kita bersama, kita harus bekerjasama, tidak boleh mengeksploitasi alam.

Nah, Indonesia ini sejak lahir sampai reformasi kan mengeksploitasi alam. Hutan dihabisi, dan seterusnya. Itu karena kita ikut Renaisance.  Kemudian diresmikan pada revolusi kedua yang namaya globalisasi. Kemudian revolusi IT, revolusi informasi dan komunikasi. Sekarang ini kita memasuki untuk menjelang revolusi berikutnya yaitu pembutaan informasi dan komunikasi.

Jadi, ojo lali yo, iki nandur internet iki apik untuk suatu hal tapi juga mengancam hal lainnya. Pokoknya aku njaluk maring konco-konco Juguran Syafaat yang mengawal ini untuk sinambi nyinauni opo wae kira kira hal-hal sing ojo nganti awake dhewe kecolongan. hubungannya tentu saja dengan kemasyarakatan dengan atine wong, kelakuane wong, akhlake wong, dan seterusnya.

Karena revolusi ketiga komunikasi ini kan merusak silaturrahmi. Ora iso ngomong bener sampai-sampai saya sejak awal ada medsos iku aku emoh. Jadi sampean tidak bisa menemukan twitter saya, facebook saya.

Facebook sedang ganti nama menjadi Meta. Dan itu akan lebih dahsyat. Iso lewih nyamleng, nanging iso lewih nyilakaake.

Tetapi harap kita hitung bersama-sama nanti tolong Juguran Syafaat sama Bapak-Bapak pemimpin di desa ini, termasuk ke Pak Bupati juga selalu dinamis melaporkan dan mempertimbangkan langkah-langkah berikutnya karena iki katoke ampuh ning ati-ati lho yo iki, iki ono cilakane, ono Memolo-memolone. Jadi ini adalah harapan tetapi juga ancaman. Urip yo ngono kui.

Saiki njenegan setiap kali hadir teknologi itu akan berfungsi ganda pada manusia. Mbiyen durung ono motor, ngepit 10 km ora masalah. Saiki jumatan 200 meter nganggo motor. Wis wegah mlaku, wegah ngepit.

Jadi teknologi memanjakan kita. Jaman mbiyen handphone awal-awal 90-an itu belum ada smartphon. Baru ada provider terbatas, 2G. Sekarang sudah 5G.

Jaman mbiyen ono handphone wis apik. Saiki nek koe nggawa handphone jadul utawa nganggo smartphone tapi ram nya masih 2 GB, merasa ketinggalan. Karena kita itu mentalnya sudah berubah sudah lebih manja, telpon itu memanjakan kita.

Jadi bapak ibu sekalian, intinya adalah ayo bersyukur lan seneng neng yo waspodo. Karena waspodo iku Bahasa Arabnya Taqwa. Taqwa itu bukan wedi. Nek wedi, takut kepada Allah itu khauf atau yakhsa. Jadi misalnya ulama itu cirinya menurut Allah adalah wong sing wedi marang Gusti Allah, dudu sing pinter agama.

Pintero kayangopo agama ceramahe apik tenan ning nek kelakuane ketoke ora wedi karo Gusti Alloh dudu ulama menurut Allah.

Maka saya menterjemahkan taqwa itu adalah waspodo. Waspodo uripmu, ono Allah, ono malaikat, ono iblis, waspodo terus. Nek kowe ngene, iso akibat ngono ngono, waspodo terus. 

Begitu ya bapak ibu sekalian. Saya doakan mudah-mudahan kalau ada yang tidak cukup di dalam proses desa mandiri internet ini mudah-mudahan Allah yang akan mencukupi. Karena semuanya orang ikhlas, semuanya orang sidhiq, amanah, mudah-mudahan tabligh dan mendapat fathonah.

Hasbunallah wani’mal wakil ni’mal maula wani’mannasiir 4x. Itu ucapan yg diajarakan oleh allah sendiri di dalam surat Ali Imran. Cukup Gusti Allah sing mengatasi segala sesuatunya. Semoga semuanya menjadi maslahat.

Wassalamu’alaykum warrahmatullahi wabarakatuh.

Verbatim: Agus Ginanjar

Perpustakaan Surya Cendekia Membedah “Lahir Kembali”

Acara bedah buku “Lahir Kembali” karya Mas Agus Sukoco dengan lancar telah digelar pada Kamis 29 april 2021 di Perpustakaan Surya Cendekia SMA N 1 Bobotsari. Acara mengambil tempat di Aula SMA N 1 Bobotsari ini, Meskipun berlangsung daring tak mengurangi antusiasme khalayak untuk ikut menyimak acara tersebut. Tampak pada layar monitor, kurang lebih 300-an peserta on-line yang terdiri dari Siswa-siswi dan Lusarian (alumni SMA N 1 Bobotsari).

Mengalasi acara tersebut, Joko Widodo sebagai kepala sekolah SMA N 1 Bobotsari menyampaikan bahwa dirinya berharap semoga acara ini menjadi inspirasi bagi murid-murid. “Bagi saya judulnya sangat menarik, apanya yang lahir Kembali? Apakah secara jasad, batin-nya, atau mungkin realitasnya?” ujar Joko. Menurutnya budaya membaca harus menjadi kebiasaan siswa-siswinya.

Acara yang sedianya dihadiri oleh Bupati Purbalingga. Namun karena berhalangan hadir, kehadiran Beliau diwakili oleh oleh Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Purbalingga (DINARPSUS) dra. Jiah Palupi. “Setting cerita pada novel lahir Kembali begitu detail dan tidak semua orang bisa mengeksploitasi latar seperti itu dengan bagus. Termasuk saya belum mampu untuk bisa seperti itu.” ujarnya. “Selain setting latar yang detail, kekuatan karakter tokoh juga sangat istimewa.” Tambah Jiah Palupi dalam sambutannya.

Acara bedah buku di pandu oleh Mas Zulfikar atau yang akrab dipanggil Omen. Ia adalah aktivis muda yang cakap sekali dalam hal menstimulasi seseorang untuk ngobrol, maka suasana forum pun menjadi demikian hidup,Buku ini sangat menarik. Mengapa demikian, karena di dalam buku ini banyak sekali cerita-cerita yang mirip dengan kehidupan kita sehari-hari yang tidak bisa ditebak sama sekali.”, Seloroh Omen.

Mas Agus Sukoco, penulis karya fiksi Lahir Kembali yang notabene Alumni SMA Bobotsari Angkatan 95 itu mengungkapkan perasaannya yang over romantic dan melankolis. “Kalau hidup itu perjalanan maka, SMA N 1 Bobotsari merupakan salah satu etape penting di dalam transisi jiwa dan kemanusiaan saya. Usia SMA adalah usia paling rawan dimana saat itu kita mulai mengerti dan mulai aktif naluri estetik, mulai tertarik pada lawan jenis, tapi pada saat yang sama ketakutan mulai tersadari oleh kita. Usia SD, SMP, kita masih seolah di dalam bopongan optimal keluarga kita. Apa saja masih tertanggung, tapi mulai SMA, kita mulai sadar bahwa selangkah lagi kita memasuki rimba raya yang kejam.  Dan memasuki ruangan ini bagi saya sebuah kehormatan sejarah.” 

“Novel ini mungkin tidak murni pengalaman hidup saya, tapi secara substansi pengalaman banyak orang yang saya adalah satu yang menghayati kondisi atau realitas semacam ini. Ketika SD, SMP orang masih berani mempunyai kedaulatan untuk bercita-cita, namun Ketika mendewasa ia bertemu dengan realitas seperti kemiskinan orang tua, kemunafikan sistemik yang memarginalkan sebuah kelompok dengan memudahkan kelompok lain. Arya (tokoh utama novel) adalah salah satu orang yang mengalami depresi atas keadaan itu. Arya menutup lingkungan dan mempersalahkan orangtua sebagai biang nasib buruknya.” Mas Agus mengurai. Acara berlangsung gayeng dan diakhiri dengan penyerahan buku kepada SMA 1 Bobotsari dan penyerahan kenang-kenangan oleh SMA yang diwakili oleh Joko Widodo sebagai kepala sekolah.

Gado-Gado Juguran Syafaat

Gado-gado dikenal sebagai makanan khas Betawi. Makanan yang termasuk jenis salad ini memiliki pembeda pada saus dressing-nya, yakni menggunakan asian peanut, bumbu kacang. Tidak seperti kebanyakan salad yang banyak melibatkan mayones di dalamnya.

Gado-gado terdiri dari sayuran hijau seperti selada, kubis, bunga kol, kacang panjang dan taoge. Sering juga ditambahkan dengan sayuran lain yakni pare dan mentimun. Di dalam gado-gado juga terdapat kentang rebus, telur rebus, tempe dan tahu serta kadang-kadang terdapat pula jagung pipil. Kapan Anda terakhir makan gado-gado?

Dengan analogi gado-gado di atas saya ingin mengajak pembaca sekalian untuk mengenali Juguran Syafaat bukan hanya sebatas ke-khas-anannya sebagai forum diskusi yang ruhani minded. Namun, bahwa di dalam Juguran Syafaat tersusun oleh social cyrcle yang begitu kompositif.

Dengan analogi gado-gado pula, saya ingin mengajak pembaca sekalian mengganti obyek bahasan tentang keberagaman yang selama ini disetir hanya untuk membahas Islam dan minoritas, Pribumi dan Chinese, dll. Padahal, keberagaman profesi, kepakaran, konsentrasi keilmuan dari masing-masing nama di kontak ponsel kita, hal itu lebih menarik untuk dikulik, digali dan kemudian disambung-sambungkan.

***

Forum dapur penggiat Juguran Syafaat di penghujung tahun sengaja mengambil tempat berbeda, supaya bisa refresh sekaligus nyicil-nyicil merefleksi perjalanan setahun 2020 ini. Di Desa Wisata Karang Salam, Baturraden (23/12/2020) sejumlah penggiat berkumpul. Tepatnya di Kedai milik Pak Asong, salah seorang pegiat Desa Wisata di sana.

Forum dibuka dengan Hilmy ngudarasa kepada Pak Asong. Memang sebagai pamong desa ia berkeinginan keras bagaimana agar di desanya ada sesuatu yang dapat to attract perhatian publik. Pak Asong pun dengan antusias ber-sharing tentang serba-serbi Desa Wisata. Yang dapat  berkelanjutan adalah yang melibatkan komponen organik lokal, dan yang sudah bisa ditengarai pendek umur adalah yang hanya latah belaka.

Menurut Pak Asong, potensi agro di suatu desa adalah sesuatu yang masih bagus dibangun sebagai sebuah attraction. Tidak latah membangun agrowisata. Hilmy dengan tim-nya di Desa saat ini sedang menyiapkan infrastruktur IT Data Desa. Ini sesuai dengan challenge dari Pak Toto Raharjo ketika singgah di sana dahulu: membangun Datakrasi Desa. Nantinya sektor agro menjadi bagian yang signifikan akan terdongkrak pula.

Hadir juga di forum yang berlangsung sore hingga malam hari itu yakni Hirdan. Penggiat Juguran Syafaat yang ikut mewarnai suasana dengan petikan gitarnya. Ia sehari-hari adalah pelaku usaha di bidang agro. Efek dari pandemi membuat ia all out men-cemplung-kan diri pada perdagangan komoditas telur ayam. Dari yang awalnya hanya belasan peti telur ia jual, kini sudah nampak growth penjualannya hingga ratusan peti tiap bulan. Selain sudah mengerjakan retensi penjualan, yang mahal ia dapatkan adalah jejearing yang makin luas di komunalitas rantai nilai perdagangan telur ayam, toko grosiran, agen, peternak pemilik kendang, asosiasi wilayah, dll. yang harus terus menerus dijaga keberlangsungannya secara jangka panjang.

Kemudian Febri dan Anjar, keduanya sama-sama pelaku di bisnis retail. Meskipun petang hari itu tidak banyak berkisah tentang Penggiat Updates atas kahanan keseharian terkini mereka. Tetapi kesah Febri cukup terrefleksikan dari perjalanan hidup seorang Sosrokartono yang ia ceritakan panjang dan lebar kala itu. Bagaimana Beliau menjalani hidup dengan prestasi dan kegundahan yang silih berganti, pencarian peran diri di dalam hidup yang tak pernah berhenti.  Betapa gundahnya menelaah apa yang sebenarnya sedang terjadi di bisnis retail akibat sistem dagang yang begitu kapitalistik yang hari ini berlangsung.

***

Orang-orang dengan gulawentah yang begitu beragam sehari-hari masih sempat menyisakan waktu untuk berpikir mendekonstruksi dan mendiskusikan berbagai elaborasi itu kan sebetulnya sesuatu yang kontras. Namun seringkali kontras itu tidak terlihat jelas, sebab pada sebuah kumpulan yang dilihat hanya backdrop dan taglinenya saja, tidak melihat kentang rebus dan mentimun sepertihalnya pada gado-gado. Padahal masing-masing dari sayuran itu sebetulnya bisa kok disambungkan dengan bahan masakan lain sehingga tercipta makanan yang berbeda.

Kita bergeser 20 KM ke arah selatan, tepatnya di Desa Pangebatan. Seperti pada kabar sebelumnya, Pak Titut baru saja mendirikan gubug belajar bagi anak-anak, “Gubug Sawah Cowong Sewu”. Seorang ahli kebun yang mencoba hidup dengan “nyeni” ini memang membuat gado-gado Juguran Syafaat makin buket dan lezat rasanya. Kalau ditelusuri lebih jauh, “anak-anak asuh” Pak Titut ini banyak dan beragam, saudaranya ada di lintas kalangan, lintas komunitas. Gubug yang menurut saya tidak ada mewah-mewahnya itu saja yang meresmikan tidak tanggung-tanggung, Wakil Bupati.

Yang baru saja merilis karya ada M. Faisal, sebuah album musik bertajuk “Hymne Kehancuran”. Meskipun alirannya ‘bawah tanah’ tetapi tetap ada Allah dan Kanjeng Nabi disematkan di cover albumnya. Kemudian yang sedang merilis karya berikutnya yakni Mas Agus Sukoco, saat ini sedang pre-launcing novel “Lahir Kembali”. Melalui Novel ini, Mas Agus ingin nilai-nilai Maiyah mengalir lebih luas, utamanya untuk aplikasi self-empowerment bagi generasi muda.

Ketika saya sedang menyelesaikan tulisan ini, saya juga sedang ber-whatsapp dengan Pak Yusro. Seorang politisi senior Purbalingga yang selalu ngemong kita semua, yang memilih mandito menjadi Kepala Madrasah Aliyah (MA) El Qosimi di Purbalingga. MA ini adalah bagian dari Ponpes An-Nahl Asuhan Abah Fitron Ali Sofyan, salah satu pusaran lingkaran Jamaah Maiyah sedari sebelum forum Juguran Syafaat lahir.

Pusaran lainnya di dalam cyrcle Jamaah Maiyah Banyumas-Purbalingga adalah Majelis Kemis Pahing yang diinisiasi oleh Abah Jumad. Jadi selain kita mempunyai forum bulanan, juga ada forum selapanan setiap Rabu Legi malam Kemis Pahing. Kabar dariAbah Jumad, Ia sedang menanam 1.300 tanaman jahe merah. Dalam cyrcle bisnis jahe merah ini, ada juga Kang Amin yang dari hikmah pandemi ia merilis produk minuman serbuk jahe merah siap seduh.

Sohib kentalnya Abah Jumad yakni Kang Wanto. Kerap tampil di Juguran Syafaat dengan alunan sulingnya. Ia sedang menekuni budidaya Burung Murai. Lalu ada Kang Barno yang khas dengan blangkon dan kain luriknya. Ia bukan budayawan meskipun penampilannya seperti itu, tetapi ia adalah seorang penggerak koperasi yang saat ini sedang mengembangkan produk air minum alkali. Saat ini ia amat getol menggiatkan jejaring resellernya, nampak amat berbakat di dalam membekali reseller dengan trik dan tips marketing.

***

Karena tulisan ini nampaknya sudah terlalu panjang, kita kembali ke Kedai Pak Asong di Desa Wisata Karang Salam lagi saja. Tidak terasa sudah berjam-jam duduk-duduk di sana. Saya tidak jog kopi, tetapi menambah memesan air putih panas dan pisang goreng saja. Menemani refresh dan relaks sambil menikmati gemerlap kota Purwokerto dari ketinggian yang terlihat penuh lampu-lampu. “Wah, kalau Purbalingga dilihat dari atas ya paling yang terlihat cuma lampu Toko ABC, Toko Harum dan alun-alun. Haha”, Febri berkelakar memamerkan kerendah-dirinya.

“Ini harusnya kita sudah nyicil bikin audio-podcast ini”, ujar Hilmy. Melihat begitu banyaknya unsur penyusun gado-gado yang membuat tulisan ini terasa kepanjangan, saya sih setuju saja itu, nantinya bisa dicicil edisi per edisi, dijadikan program baru Juguran Syafaat di 2021.