Mukadimah: ARTIKULATOR NIAT BAIK

Sebagus apapun keterampilan komunikasi ditata, jika tidak digunakan untuk mengartikulasikan nilai (value) yang baik, maka itu hanya sekadar permukaan, serupa sebuah gimmick tanpa makna.

Ini adalah kritik terhadap komunikasi yang hanya berfokus pada teknik (intonasi, struktur, persuasi) tetapi kehilangan substansi moral serta nilai yang diperjuangkan. Dalam dunia yang dipenuhi dengan strategi komunikasi, personal branding, dan viralitas digital, banyak orang menjadi fasih berbicara tanpa benar-benar memiliki sesuatu yang berharga untuk disampaikan.

Sebab, komunikasi tanpa nilai cenderung manipulatif. Orang bisa terdengar meyakinkan tanpa membawa kebaikan atau makna mendalam. Lebih dari itu, komunikasi tanpa nilai tidak akan bertahan lama. Sebuah pesan mungkin viral, tetapi tanpa akar yang kuat, ia akan lenyap begitu tren berlalu. Yang perlu kita sadari, komunikasi tanpa nilai hanya menciptakan kebisingan. Bukannya memperjelas, justru menambah tumpukan informasi yang tidak membawa perubahan nyata.

Maka, betapa pentingnya menakar kembali niat baik sebagai fondasi komunikasi. Tidak cukup sekadar berbicara dengan jelas dan menarik; harus ada nilai yang diartikulasikan agar komunikasi memiliki dampak nyata. Menjadi artikulator niat baik berarti mengarahkan komunikasi untuk membangun resonansi jangka panjang, bukan sekadar mendapatkan perhatian sesaat.

Lebih jauh, kita dapat melibatkan diri dalam membangun ekosistem gagasan, agar komunikasi tidak hanya menjadi tren atau teknik persuasif kosong, tetapi benar-benar menciptakan perubahan sosial yang berkelanjutan.

Bersama-sama, kita akan melingkar di Juguran Syafaat edisi Maret 2025 untuk menggali lebih dalam bagaimana komunikasi yang berakar pada niat baik dapat menciptakan benefit bagi kehidupan bersama kita.

Mukadimah: JEJAK KEBAIKAN

Jejak kebaikan dalam kita berproses posisinya persis dengan orang yang sedang menanam. Menanam sesuatu itu harus dipastikan sudah tergarap dulu tanah, cuaca dan perairannya.

Tiga hal tersebut sama dengan niat pada diri kita, sebagai mana yang sering diungkapkan Mbah Nun, “Dengan keberangkatan niat baik, niat baik dan niat baik Insya Allah berbuah”.

Mari kita selaku rekan seperjalanan membawa ini dengan semangat sosial spiritual menjadi penyumbang. Seperti yang kita lihat para penggiat simpul menyumbangkan baik waktu, tenaga, finansial dan pemikiran, itu semua demi tergelarnya Juguran Syafaat terkondisikan tidak ada yang kapiran dalam proses teman-teman Sinau bareng.

Semoga Para Penggiat ini menjadi prototipe keberlangsungan kita di masyarakat entah itu skala RT, desa, kecamatan dan skala yang lebih luas lagi.

Bersama-sama kita akan melingkar di Juguran Syafaat edisi ke-132 untuk merancang jejak-jejak kebaikan baru di masa depan.

Mukadimah: ETIKABILITAS MEMBERDAYAKAN

Dalam dunia yang semakin kompleks dan penuh dengan perubahan, penting bagi kita untuk menjaga nilai-nilai etika dalam segala aspek kehidupan. Etikabilitas adalah sebuah konsep yang berkaitan dengan kepatuhan pada nilai-nilai etika dalam setiap tindakan yang kita lakukan. Dalam konteks ini, etikabilitas dapat dilihat sebagai upaya untuk menumbuhkan budaya moral yang kuat dan memberdayakan diri sendiri dan orang lain.

Namun, seringkali kita mengabaikan pentingnya etikabilitas dalam berbagai situasi. Kita terkadang terjebak dalam situasi yang membingungkan dan mengambil keputusan yang bertentangan dengan nilai-nilai etika yang kita anut. Oleh karena itu, dalam diskusi ini, mari kita merenungkan kembali makna dan pentingnya etikabilitas, serta bagaimana kita dapat memperkuat kapasitas diri dalam mengambil keputusan yang berlandaskan etika.

Kita juga dapat mempertimbangkan perbandingan antara etikabilitas dan elektabilitas, yang berkaitan dengan kualitas dan daya tarik pemimpin yang didasarkan pada nilai-nilai etika. Dalam era yang semakin terhubung ini, di mana kepemimpinan memiliki pengaruh yang sangat besar, penting bagi kita untuk mempertimbangkan etikabilitas sebagai faktor yang mendorong seseorang untuk menjadi pemimpin yang berkualitas dan terpercaya.

Mari kita mulai diskusi ini dengan membuka pikiran dan hati untuk merenungkan makna etikabilitas dan bagaimana kita dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Bersama-sama, kita dapat belajar dari pengalaman satu sama lain dan memperkuat pemahaman kita tentang nilai-nilai etika yang penting bagi kita sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat.

Rezeki Silaturahmi Sedulur

Ini adalah dokumentasi Juguran Syafaat edisi Maret setahun yang lalu. Forum ini menjadi forum publik di hari terakhir sebelum social restriction akibat pandemi.

Kumpul dari sore hingga lewat tengah malam, dengan suasana gayeng sebagai sesama sedulur Maiyah adalah rezeki dari Allah yang amat bernilai. Genap setahun sudah kita mempuasai kegembiraan itu.

Terima kasih kepada setiap elemen di dalam lingkaran Juguran Syafaat yang senantiasa turut merawat persaudaraan bersama-sama melewati masa-masa yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya ini.

Mukadimah: SABUNG WAWASAN

Buku berjejer-jejer begitu banyaknya di perpustakaan tidak ada yang menarik untuk dibaca. Informasi-informasi datang bertubi-tubi lintas bidang, lintas minat, biasa, mutakhir, konvensional, kreatif, monoton atau inovatif bisa-bisanya semua itu tidak ada yang nyangkut di jaring-jaring pikiran ini.

Mengapa bisa begitu? Sebab, semua hal itu tidak penting dan tidak menarik. Karena satu-satunya hal yang bagi kita berarti dan harus didapatkan adalah apapun saja itu asalkan ada hubungannya dengan apa yang sedang menjadi krenteg, keinginan, target dan cita-cita kita.

Jangankan itu adalah wawasan yang dihadapan mata, bahkan kalau harus mendaki gunung lewati lembah, susah payah, need more effort, kita akan siap bertaruh apapun saja untuk menjaringnya.

Bersama-sama kita akan melingkar di Juguran Syafaat edisi bulan Maret 2021 secara LIVE! melalui .

Mukadimah: PEMBAWA CUACA

Mengerjakan segala sesuatu hal di cuaca yang cerah tentu saja lebih mudah dibandingkan mengerjakan hal yang sama pada cuaca yang tidak mendukung. Itulah kenapa cuaca meskipun bukan faktor utama, tetapi ia penting untuk diperhatikan.

Pun begitu, mengerjakan tugas-tugas kehidupan dalam cuaca hati yang cerah, suasana batin yang baik akan lebih menguntungkan ketimbang kondisi yang ada sebaliknya. Mengapa kondisi bergembira harus dijaga dan dibangun? Sebab kehidupan menuntut tantangan yang tidak ringan bagi pribadi-pribadi yang memilih jalan pertumbuhan diri. Proses menuju sukses yang meningkat selalu berat. Akan makin berat kalau seseorang diliputi cuaca yang tidak mendukung.

Setiap interaksi pada sebuah social cyrcle, masing-masing mempunyai potensi kontribusi pengaruh terhadap cuaca tersebut. Ada anggota sosial yang menjadi manusia wajib, sebab hadirnya menambah kegembiraan. Ada juga yang sunnah, mubbah, makruh bahkan haram sebab tak andil pengaruh apa-apa pada proses pembentukan cuaca. Sebab mungkin, yang hanya ia pikirkan adalah dirinya sendiri saja.