Mukadimah: TITIK NADIR DEMOKRASI

Apabila kita membicarakan politik dan negara, yang itu tidak ada hubungannya dengan kebutuhan dan kehidupan sehari-hari kita, kita bisa terjebak pada politik-tainment. Menemukan garis dan pola hubungan antara kahanan makro bangsa, dengan problematika mikro yang sedang dihadapi oleh kita sebagai individu, sebagai keluarga kecil, sebagai social circle, itu adalah ijtihad pengupayaan ilmu yang baik.

Kedewasaan seseorang tidak semata-mata terwujud pada sikap santun, tidak pernah marah, nir-protes, anteng mantheng. Kedewasaan dibangun melalui asoasiasi problematika sehari-hari yang diperluas terus-menerus, hingga menemukan pola: ini adalah masalah yang akan lebih ringan bila kita mau memecahkannya secara bersama-sama.

Di Juguran Syafaat edisi ke-129, bersama-sama kita akan berkumpul dan melingkar di sebuah ruang bicara dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Pada titik nadir tantangan hidup masing-masing yang harus terus dijalani, meskipun negara tak pernah hadir menghampiri dan menguatkan kita, setidak-tidaknya kita sebagai teman, sahabat dan saudara masih ada itikad untuk tetap saling hadir di hati satu sama lain.

Mukadimah: MENGGURAT HADIWIJAYA

Bawor Maneges, Greget Kamardikan, Panorama Gunung Tugel, Sabda Alam, Pepeling Urip, Cowongan, Lengger dan sebagainya adalah bagian dari karya lukis yang begitu banyak jumlahnya dari Almarhum Hadiwijaya.

Bukan hanya sebagai seorang maestro lukis Banyumas, Mbah Hadi yang khas dikenali dengan iket yang kerap beliau kenakan itu juga adalah sesosok orang tua. Orang tua bagi anak-anaknya, orang tua bagi murid dan alumni sekolah yang ia ajar, orang tua bagi seniman perupa muda Banyumas, orang tua bagi jamaah Maiyah di Banyumas, Purbalingga dan sekitarnya.

Seseorang yang menempuh riyadhoh panjang, sejak era 70-an meniti kiprah di Sanggar Bambu. Masa muda yang diisi ulang-alik Banyumas-Yogya tak kenal lelah, diteruskan masa tua menuai Serambi Kang Hadi, merupakan rute hidup yang panjang dan berdinamika yang semua itu diselesaikan dengan marem dan nggandem. Sungguh ada begitu banyak hal yang amat bisa kita ambil keteladanannya.

Bihusnil Khotimah.. Aamiin.. Aamiin.. Insyaallah.. . Bersama-sama kita akan melingkar memaknai dan membubungkan doa untuk Mbah Hadi, seraya mengguratkan inspirasi yang dapat kita petik menjadi keteladanan dari Beliau.

Mukadimah: MENGHANTARKAN KEGEMBIRAAN

Tidak semua orang berjodoh dengan pekerjaan yang sesuai passion-nya. Akan tetapi, seringkali seseorang tetap harus bekerja karena tuntutan kewajiban menghantarkan kegembiraan bagi keluarganya. Menjadi sosok sibuk maksimal tak apa dijalani, tidak ada motivasi lain lagi kecuali demi sebuah misi mulia tersebut.

Hingga kemudian sebuah era baru mendisrupsi kehidupan umat manusia. Tak sedikit diantara kita yang bergeser memaknai apa itu pekerjaan dan apa sejatinya itu kesibukan. Alih-alih menjadi medium penghantar kegembiraan bagi orang-orang terdekat, tampil bekerja dijadikan tujuan dan tampil sibuk adalah keharusan dalam rangka aksi panjat sosial.

“’ojo gumunan, ojo kagetan, ojo dumeh’. Abad-abad modern manusia di dunia adalah pemandangan luas tentang manusia yang terlalu mudah terpesona oleh dunia dan terkejut kepada dirinya sendiri.”, Mbah Nun.

Bersama-sama kita akan melingkar mengelaborasi fenomena hustle culture dengan segenap multiefeknya, di Juguran Syafaat edisi ke-105.

Ngobrol Santai Menunggu Hujan Reda

Di jaman yang kian terasa waktu cepat berputar, menyengaja endang-endong adalah sebuah kemewahan. Untunglah ada forum Juguran jadi masing-masing meski sama-sama sibuk tetapi masih menyempatkan datang bertemu.

Usai streaming selesai di luar hujan masih deras. Sembari beres-beres, penggiat ngobrol ngalor-ngidul ekspresi dari lama tidak bertemu.

Berkah hujan jadi mendapatkan energi positif dari silaturahmi. Kata seorang bijak, hidup di kampung halaman itu artinya harus mau merawat persaudaraan sampai tua.

Mukadimah: ALAMAT KEBERMANFAATAN

Sekurang-kurangnya tidak bisa menjadi ‘manusia wajib’, setidaknya kita tidak menjadi manusia makruh apalagi haram yang kehadirannya merugikan, mengancam dan melukai orang lain. Meskipun upaya meniti jalan menjadi orang bermanfaat tidak sepopuler jalan tol popularitas, tetapi apakah kemudian murojaah kemanfaatan diri menjadi tidak penting dikerjakan?

Merogoh kocek ikut menyumbang pada aksi kemanusiaan, itu bermanfaat. Ikut aksi gotong royong serta bakti sosial, itupun bermanfaat. Menjadi narasumber yang baik pada setiap perbincangan dengan orang lain dengan cara terlebih dahulu mempelajari informasi secara jeli dan presisi di tengah kabut dan sengkarut informasi seperti hari ini, hal itu juga bermanfaat. Atau mundur beberapa langkah untuk tetap khusyuk mengerjakan penumbuhan diri, tak ubahnya hal tersebut adalah bermanfaat. Mengasah keahlian tertentu dengan konsisten, menginovasi nilai tambah atas barang dan jasa atau jenis penumbuhan diri lainnya sesuai yang sudah kita pilih masing-masing.

Engkau bermanfaat, maka engkau ada. Menjadi bermanfaat mulai dari mendefinisikan alamat paling presisi apa yang orang perlu cari dan butuhkan dari diri kita. Sehingga mereka tidak mendatangi kita seperti orang yang sedang salah alamat. Terkelabuhi oleh papan nama identitas diri. Meneguhkan kembali bidang yang sungguh-sungguh kita bisa kontribusikan. Supaya malaikat Mikail juga tidak kebingungan menemukan alamat disaat proses delivery jatah rezeki.

Mukadimah: WARISAN DNA

Seringkali manusia mengeluh atas perubahan keadaan yang terjadi di luar dirinya, tanpa meresapi bahwa ada andil dirinya di dalam terjadinya perubahan itu. Manusia yang hakikinya subyek, kerap merasa sekadar obyek. Manusia yang hakikinya decision maker (penentu keputusan) acap merasa mikro dihadapan semesta yang terlihat sebagai makro.

Rentang jarak antara sebab dan akibat selalu menjadi ruang misterius. Tetap tidak sepenuhnya terpecahkan, meskipun sudah didekati dari berbagai pintu keilmuan. Hanya waktu saja yang nantinya akan membuktikan, apakah budaya baru yang nanti akan tercipta adalah warisan dari perilaku bijak dan keputusan sungguh-sungguh masing-masing kita, atau hal itu terjadi sekadar buah dari rentetan kebetulan-kebetulan yang tidak berpola.

Ya, masing-masing kita mempunyai potensi andil. Iya pula, setiap upaya diri untuk andil belum tentu beroleh hasil berupa perubahan seperti yang kita ingini. Sekurang-kurangnya sebuah upaya dikerjakan dengan sungguh-sungguh tetapi kemudian tidak beroleh hasil, setidaknya kita sudah berinvestasi untuk dapat mewariskan DNA berisi informasi yang lebih lengkap mengenai rumus-rumus perubahan.