The Full Services Nation

Enak sekali jika kita hidup di negara yang semuanya serba dilayani. Kerja keras seolah tidak menjadi kewajiban seperti halnya bagi penduduk negara-negara maju yang kalau tidak kerja keras ia akan mati dalam hitungan hari, karena toh alam sudah sangat memanjakan, udaranya, tanahnya, airnya.

Ada banyak orang berlomba-lomba memenuhi kebutuhan sehari-hari kita. Sehingga walaupun lahan pertanian menyempit tiap hari, jumlah petani menurun drastis setiap tahun, toh kita tak pernah  kekurangan bahan makanan pokok. Impor membuat hati tenang, karena toh di luar sana ada negara-negara yang sedang demikian menggebu-gebu berjuang menjadi lumbung pangan dunia, mengamankan pasokan pangan bagi dunia. Dan kebetulan negara itu memiliki jenis bahan pokok yang sama dengan apa yang kita makan.

Apa-apa kebutuhan sehari-hari yang tidak dapat disediakan dari dalam negara sendiri, orang-orang dari luar negara berbondong-bondong menjajakan menawar-nawarkan. Tak sulit kita menemukan centhong, irus, siwur, talenan dan besek sekalipun kayu-kayu dan rumpun bambu di kebun kita sudah kita berangus habis. Semua sudah tersedia dari bahan plastik. Disamping lebih modern, lebih praktis, juga lebih murah harganya.

Bahkan dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan bagi penduduk negara kita, kabarnya sudah mulai eksodus para pelayan. Mereka mulai berdatangan di negara kita, kabarnya di tahun-tahun mendatang akan semakin masif jumlahnya. Nampaknya para TKA (Tenaga Kerja Asing) akan membantu kita dalam mengerjakan pekerjaan yang tidak sanggup kita kerjakan. Tak perlu khawatir kebutuhan kita tidak terpenuhi dan terlayani. Songsongan masa depan menjadi The Full Services Nation sudah di depan mata.

Ibu rumah tangga tak perlu lagi kesulitan mencari rewang seperti yang terjadi saat iniMajikan tak perlu pusing kepala lagi menemukan buruh untuk membantu pekerjaannya. Di tahun-tahun mendatang tidak akan dijumpai lagi pohon cengkeh yang gagal dipanen karena pemilik pohon kesulitan mendapatkan buruh petik cengkih. Tenaga kerja asing siap mengerjakan itu. Petani-petani yang menurun jumlahnya juga nampaknya siap digantikan oleh petani-petani asing. Mereka yang belepotan di sawah menggunakan penutup kepala berupa caping plastik nantinya bisa jadi adalah para bule berkulit putih, atau bisa jadi bermata sipit.[] Rizky Dwi Rahmawan