Setiap tindakan, sikap, dan keputusan yang kita ambil pasti memiliki konsekuensi. Perjuangan untuk mencapai hasil yang diinginkan tidak pernah mudah. Ada dinamika, hambatan, dan tantangan yang harus dihadapi dengan keberanian, bahkan sering kali dengan menelan “pil pahit” yang menguji keteguhan kita.
Menjadi akademisi, misalnya, mengharuskan kita mengorbankan banyak waktu untuk belajar. Memilih menjadi idealis bisa berarti minimnya dukungan dari orang lain. Bahkan, untuk memenuhi kebutuhan hidup, kita kerap kali mengorbankan waktu dan tenaga yang tidak ternilai.
Waktu mungkin terasa seperti sesuatu yang tidak berwujud dan gratis. Namun, jika kita merenungkan hari-hari yang telah berlalu, tidak perlu jauh-jauh, cukup satu hari ke belakang saja, misalnya, apakah waktu itu bisa kita beli kembali dengan uang? Tentu tidak. Bahkan oksigen, yang disediakan Allah secara gratis, berubah menjadi sesuatu yang berbayar saat kita jatuh sakit dan memerlukan bantuan medis.
Tahun 2025 bisa menjadi momentum bagi kita untuk lebih disiplin dalam menjalani hidup. Disiplin mungkin terasa seperti belenggu saat diperjuangkan, tetapi hasilnya akan membawa kebebasan yang sejati. Dengan disiplin, kita tidak hanya menghindari pengulangan kesalahan masa lalu, tetapi juga membuka jalan menuju keberhasilan yang lebih besar.
Orang-orang besar yang kita kagumi adalah bukti nyata pentingnya disiplin. Salah satu contoh inspiratif adalah Mbah Nun. Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat disiplin terhadap dirinya sendiri. Namun, apakah hal itu membuatnya terbelenggu? Sebaliknya, disiplin itulah yang menjadikan beliau sosok yang sangat merdeka, baik dalam pikiran maupun tindakan. (Anggoro Dwi Januar)