Secara garis besar tema ini di angkat karena sangat relate dengan perjalanan Pemuda Rupak Picis yang 5 tahun ke belakang itu sangat gelap, yang identik dengan kenakalan remaja. Peran Maiyah di kalangan pemuda sangat besar sehingga bisa membuat para pemuda beranjak dari gelap menuju jalan yang terang.
Pada bulan april ini juga memperingati Hari Kartini yang dimana beliau yang membuat karya “Habis Gelap Terbitlah Terang” dan juga terhadap Indonesia yang belakangan ini semakin asik berada dalam kegelapan.
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap individu pasti mengalami masa-masa sulit, masa-masa di mana semuanya terasa gelap, penuh ketidakpastian, dan kadang memunculkan rasa putus asa. Namun, seperti malam yang tak pernah abadi, gelap pun akan berganti dengan terang. Di sinilah nilai sejati dari perjuangan itu berada—yakni dalam kesabaran untuk bertahan dan keyakinan bahwa badai pasti berlalu.
Esensi dari kalimat ini sangat relevan dalam berbagai konteks kehidupan, baik secara pribadi maupun kolektif. Dalam lingkup pribadi, seseorang yang sedang menghadapi kegagalan, kekecewaan, atau bahkan kehilangan, bisa menjadikan ungkapan ini sebagai penyemangat bahwa masa sulit hanyalah bagian dari perjalanan menuju keberhasilan. Dalam konteks yang lebih luas, seperti perjuangan rakyat dalam meraih kemerdekaan atau keadilan sosial, terang adalah simbol dari hasil jerih payah, keberanian, dan pengorbanan yang tidak sia-sia.
“Habis Gelap Terbitlah Terang” juga menyiratkan bahwa perubahan memerlukan kesadaran dan usaha. Tidak ada terang tanpa melewati gelap, tidak ada kemenangan tanpa perjuangan. Harapan yang dibarengi dengan tindakan nyata adalah kunci untuk menciptakan cahaya di ujung lorong kegelapan.
Akhirnya, kita diingatkan bahwa dalam setiap sisi kehidupan, harapan harus selalu hidup. Kegelapan tidak selamanya buruk, karena dari sanalah kita belajar menghargai terang. Dan ketika terang itu akhirnya datang, kita pun tahu bahwa kita telah melewati fase penting dalam pendewasaan dan pertumbuhan diri.