Menghimpun Butir-Butir Piagam Maiyah Lebih Luas

Penghimpunan butir-butir usulan Piagam Maiyah pada fase awal dilaksanakan melalui workshop dengan difasilitasi oleh Simpul-simpul Maiyah yang ada. Proses tersebut telah berlangsung pada bulan Januari dan awal bulan Februari tahun 2018. Pelaksanaan workshop perdana saat itu dilakukan di Majlis Masyarakat Maiyah PadhangmBulan di awal tahun 2018.

Menginjak fase berikutnya, pada Majlis Masyarakat Maiyah Mocopat Syafaat bulan Februari 2018 Mbah Nun bersama-sama dengan Koordinator Simpul dan Redaktur Maiyah mengajak kepada Jamaah Maiyah untuk melakukan penyusunan Piagam Maiyah di segala lapis lingkaran-lingkaran Jamaah Maiyah yang ada di manapun saja, diskusi Piagam Maiyah tidak dibatasi pelaksanaannya di Simpul Maiyah.

Saat ini kita menginjak fase berikutnya dari proses penyusunan Piagam Maiyah ini. Untuk lebih luas menghimpun butir-butir usulan Piagam Maiyah, Koordinator Simpul Maiyah dan Redaktur Maiyah menyiapkan berupa Formulir Online yang diharapkan lebih mudah dijangkau oleh Jamaah Maiyah di manapun saja untuk melakukan mekanisme pengusulan Piagam Maiyah.

Sebab, seperti kita ketahui bersama, Jamaah Maiyah terus bertumbuh dari waktu ke waktu. Tidak hanya Jamaah Maiyah yang hadir pada penyelenggaraan Maiyahan di berbagai kota, tetapi juga Jamaah Maiyah yang baru dapat melibatkan diri sebatas melalui interaksi media digital dan internet. Hal demikian terjadi sebab mereka terkendala oleh faktor jarak wilayah.

Melalui formulir onlinepartisipasi penyampaian butir-butir Piagam Maiyah saat ini menjadi lebih luas jangkauannya bagi Jamaah Maiyah di manapun berada. Formulir online tersebut terdapat pada link yang tercantum di bagian bawah Tajuk ini. Pada formulir online tersebut Jamaah Maiyah dapat melihat kolom-kolom isian yang mesti diisi secara lengkap.

Pengisian Formulir Online Piagam Maiyah

Pada bagian awal, mohon untuk diisikan data diri secara benar dan lengkap. Data diri diperlukan untuk memudahkan dalam proses rekapitulasi usulan nantinya. Data diri sekaligus sebagai bentuk sikap tanggung jawab dari pengusul.

Pada isian berikutnya, mohon untuk diisi informasi di Simpul Maiyah mana yang rutin atau setidaknya pernah dihadiri. Jamaah Maiyah yang sebab terkendala jarak wilayah tidak dapat hadir rutin setiap bulan di Forum Maiyahan yang ada, hendaknya tetap sekali waktu dapat mengupayakan untuk hadir, sehingga tidak berhenti pada interaksi melalui media digital dan internet saja.

Selanjutnya, pada isian berikutnya, silakan untuk menyampaikan butir usulannya. Pada Tajuk sebelumnya, yakni Terus Berproses Bersama Menyusun Piagam Maiyah terdapat beberapa contoh kalimat usulan yang dapat dicermati. Kalimat dalam butir-butir bisa diawali sbb:
1. Orang Maiyah mewajibkan dirinya untuk……

2. Orang Maiyah tidak memperkenankan dirinya untuk…..

Contoh penerapannya seperti yang telah disampaikan pada Tajuk “Merintis Terwujudnya Gagasan Piagam Maiyah” akan menjadi seperti berikut:
1. Orang Maiyah mewajibkan dirinya untuk mengedepankan sikap tabayyun dan pengasuhan dalam penyelesaian konflik.

2. Orang Maiyah tidak memperkenankan dirinya untuk menawar-nawarkan diri untuk menyelesaikan masalah di masyarakat, tetapi apabila dimintai bantuan, Orang Maiyah siap berikhtiar mencari solusi persoalan tersebut.

Dan seterusnya.

Setelah semua isian form sudah diisi dengan lengkap, selanjutnya diakhiri dengan klik [Submit].

Jamaah Maiyah diperkenankan mengusulkan lebih dari satu usulan. Setiap butir usulan disampaikan di dalam satu form. Untuk memberikan butir usulan berikutnya, dimohon terlebih dahulu menyelesaikan isian form secara lengkap, baru kemudian membuka dan mengisi form baru.

Form ini akan dibuka selama 1 (satu) bulan terhitung sejak 10 Maret 2018 hingga 9 April 2018. Setelah memuncaki proses penghimpunan dengan mekanisme pengusulan online, kemudian akan dilakukan proses tabulasi terhadap seluruh usulan yang masuk. Koordinator Simpul Maiyah dan Redaktur Maiyah dengan didukung beberapa narasumber kemudian akan mengolah dan melakukan penyusunan menjadi  dokumen Piagam Maiyah.

Demikianlah, upaya kita bersama mewujudkan sebuah perjanjian definitif untuk kebaikan dan keindahan interaksi kita di dalam Rumah persaudaraan Maiyah ini.

Yogyakarta, 9 Maret 2018
Koordinator Simpul Maiyah
koordinator.simpul@gmail.com

Terus Berproses Bersama Menyusun Piagam Maiyah

Tahun 2018 ini, kita sebagai Jamaah Maiyah memasuki tahun di mana kita lebih serius dalam berproses di Maiyah. Salah satunya adalah proses penyusunan Piagam Maiyah yang memang dijaring dari aspirasi seluruh Jamaah Maiyah di seluruh Simpul Maiyah.

Sesuai dengan Tajuk yang dirilis pada awal Januari 2018; Merintis Terwujudnya Gagasan Piagam Maiyah, seluruh Simpul di bawah Koordinator Simpul Maiyah telah diberikan panduan pelaksanaan workshop yang hingga bulan Februari ini masih terus berlangsung.

Penyusunan Piagam Maiyah merupakan upaya untuk merealisasikan gagasan akan lahirnya sebuah perjanjian definitif yang mengatur pola pergaulan antara sesama Jamaah Maiyah, dan antara Jamaah Maiyah dengan lingkungan sekelilingnya. Proses penyusunan Piagam Maiyah telah mulai dilaksanakan pada Majelis Masyarakat Maiyah Padhangmbulan di awal tahun 2018. Seakan menjadi gong pembuka, Maiyahan rutin di masing-masing Simpul Maiyah setelah Padhangmbulan pun berlangsung lebih meriah dan semarak dengan adanya sesi workshop Piagam Maiyah ini. Gagasan Piagam Maiyah ini memang sepertinya sudah ditunggu-tunggu oleh Jamaah Maiyah.

Setelah dirilisnya beberapa panduan, gagasan Piagam Maiyah ini kemudian berlanjut dengan dilaksanakannya workshop penyusunan Piagam Maiyah di Simpul-Simpul Maiyah yang ada. Mekanisme pelaksanaan workshop yakni dengan mengambil salah satu sesi pada saat dilaksanakan Maiyahan rutin. Tercatat sebanyak 16 Simpul telah melaksanakan workshop tersebut sejak bulan Januari 2018 hingga Tajuk ini terbit.

Selama dua bulan ini, workshop Piagam Maiyah yang dilaksanakan di Simpul Maiyah berlangsung sangat baik. Jamaah Maiyah di masing-masing Simpul  sangat kooperatif. Semua merasa bahwa memang sudah saatnya Maiyah memiliki regulasi atau sebuah aturan main yang keberangkatannya disusun oleh Masyarakat Maiyah itu sendiri, dan kemudian diterapkan dalam kehidupan mereka sendiri.

Dari sejumlah pelaksanaan workshop tersebut, telah terhimpun 587 butir draft Piagam Maiyah. Data yang telah terhimpun tersebut kemudian diolah oleh Redaktur Maiyah dan Koordinator Simpul Maiyah.

Melalui workshop penyusunan Piagam Maiyah yang telah berlangsung diharapkan Jamaah Maiyah dapat memperoleh bekal pengetahuan mengenai bagaimana sebuah perjanjian definitif bersama seharusnya disusun. Hendaknya Jamaah Maiyah lebih mampu memilah antara asumsi dan fakta, serta antara yang substantif dan elementer.

Kemudian, Jamaah Maiyah diharapkan terus menggulirkan proses penyusunan Piagam Maiyah ini baik secara formal maupun informal di dalam berbagai skala dan format diskusi guna melahirkan butir-butir Piagam Maiyah ini.

Dalam penyusunan ini, Jamaah Maiyah diharapkan terus meningkat dengan lebih spesifik dalam susunan kalimat pada butir-butir Piagam Maiyah. Kalimat dalam butir-butir bisa diawali sbb:
1. Orang Maiyah mewajibkan dirinya untuk……
2. Orang Maiyah tidak memperkenankan dirinya untuk…...

Contoh penerapannya seperti yang telah disampaikan pada Tajuk Merintis Terwujudnya Gagasan Piagam Maiyah akan menjadi seperti berikut:
1. Orang Maiyah mewajibkan dirinya untuk mengedepankan sikap tabayyun dan pengasuhan dalam penyelesaian konflik.
2. Orang Maiyah tidak memperkenankan dirinya untuk menawar-nawarkan diri untuk menyelesaikan masalah di masyarakat, tetapi apabila dimintai bantuan, Orang Maiyah siap berikhtiar mencari solusi persoalan tersebut.

Dan seterusnya.

Proses penyusunan Piagam Maiyah ini masih terus berlangsung hingga bulan Maret yang akan datang. Harapannya, semakin banyak lagi Jamaah Maiyah yang turut berpartisipasi, karena Piagam Maiyah ini sendiri nantinya akan digunakan oleh Jamaah Maiyah itu sendiri. Partisipasi dapat dengan mengirimkan butir-butir Piagam melalui email yang tertera di bawah.

Yogyakarta, 23 Februari 2018
Koordinator Simpul Maiyah
koordinator.simpul@gmail.com

Sumber: https://www.caknun.com/2018/terus-berproses-bersama-menyusun-piagam-maiyah/

Merintis Terwujudnya Gagasan Piagam Maiyah

Maiyah telah melampaui berjenis-jenis keadaan serta peristiwa. Para jamaahnya pun semakin beragam yang datang dari berbagai lapis masyarakat, seiring gelaran Maiyahan yang kian meruyak. Di banyak tempat, lingkar-lingkar kecil bertunas, lalu tumbuh menjadi simpul-simpul yang berusaha mengembangkan diri. Mereka mengulas pendaran-pendaran nilai Maiyah dari aneka sudut, jarak dan cara pandang.

Bermacam lontaran tafsir lantas lahir untuk menjawab persoalan pribadi hingga masalah sosial. Sesekali muncul ketidakselarasan antar lingkar maupun simpul. Pernah pula didapati ejawantah nilai yang terlalu “ekstrem” sehingga menimbulkan keresahan. Semua itu risiko. Sebagai organisme yang memutuskan diri untuk senantiasa cair, potensi serupa tadi memang niscaya di Maiyah. Namun bukan berarti harus dibiarkan liar. Maiyah mesti memiliki semacam pedoman baku untuk menata setiap gesekan. Sekaligus menjadi patokan haluan dalam berkumpul dan bergerak, supaya tidak saling salip dan mengungguli.

Seperti yang telah diinformasikan sebelumnya dalam tajuk Kesepakatan Bersama Tentang Koordinasi Penggiat Maiyah, bahwa pada Rembug Maiyah 2017 awal Desember lalu, para penggiat juga mencoba merealisasikan gagasan sebuah perjanjian definitif bersama yang mengatur pola-pola pergaulan sesama Jamaah Maiyah dan lingkungan luarnya.

Berangkat dari itu, sudah saatnya Jamaah Maiyah memiliki semacam perjanjian definitif dengan mengacu kepada bagaimana masyarakat Madinah di masa Rasulullah bersepakat dalam perjanjian yang mengatur kehidupan bersama yang tertuang dalam Piagam Madinah. Perjanjian di Maiyah ini mengatur pola-pola pergaulan di dalam Maiyah, termasuk dengan lingkungan luarnya. Sebutlah ini sebagai PIAGAM MAIYAH yang dirancang oleh jamaah, yang merupakan sebuah aturan yang tidak dibuat oleh otoritas tertentu di Maiyah, namun ia berangkat dari para Jamaah Maiyah sendiri. Di mana usulan-usulan isi piagam tersebut meliputi segala aspek; sosial, budaya, politik, ekonomi, dan berbagai aspek apapun.

Pada Rembung Maiyah 2017 yang lalu, para penggiat menyusun beberapa usulan yang menjadi draftPiagam Maiyah. Karena piagam ini merupakan perjanjian bersama jamaah, maka usulan draft tidak hanya diberikan oleh para penggiat lingkar atau simpul Maiyah saja. Usulan draft dihimpun dari seluruh Jamah Maiyah, siapapun. Sebagai contoh usulan poin dalam draft PIAGAM MAIYAH dalam Rembug yang lalu seperti: (1) Orang Maiyah adalah perekat dan tidak melakukan tindakan-tindakan yang mengakibatkan perpecahan dan konflik. (2) Orang Maiyah mengedepankan sikap tabayyun dan pengasuhan dalam penyelesaian konflik. (3) Orang Maiyah tidak menawar-nawarkan diri untuk menyelesaikan masalah di masyarakat, tetapi apabila dimintai bantuan, Orang Maiyah siap berikhtiar mencari solusi persoalan tersebut. Dan seterusnya.

Poin-poin contoh tersebut hanya draft usulan dan penghimpunannya akan dilakukan serentak dimulai sejak bulan Januari 2018 yang diselenggarakan oleh penggiat lingkar atau simpul Maiyah di semua daerah. Setiap Simpul Maiyah wajib menyelenggarakan dan mendiskusikan PIAGAM MAIYAH ini di setiap Majelis Ilmu rutin masing-masing lingkar atau simpul tiap bulanannya. Mengenai panduan teknis pelaksanaan serta form usulan PIAGAM MAIYAH akan dikirimkan melalui email oleh Koordinator Simpul Maiyah kepada setiap Lingkar dan Simpul Maiyah di masing-masing daerah.

Yogyakarta, 28 Desember 2017
Koordinator Simpul Maiyah
koordinator.simpul@gmail.com

Sumber: https://www.caknun.com/2017/merintis-terwujudnya-gagasan-piagam-maiyah/

Memenuhi Sesambatan Masyarakat: Belajar Kepada Mbah Nun

Perjalanan hidup Mbah Nun sejak era 70an hingga hari ini dalam konteks sosial masyarakat selalu dalam posisi menjadi tempat curhat, menjadi tempat sesambatan segala persoalan yang dihadapi masyarakat. Berbagai lapisan masyarakat datang silih berganti membawa masalah-masalah hidup yang mereka alami. Mbah Nun mengibaratkan hidupnya berfungsi seperti keranjang sampah. Secara khusus esai-esai beliau mengenai itu dibukukan oleh Zaituna pada tahun 1998 dengan judul “Keranjang Sampah”.

Masyarakat membawa segala persoalan hidup mulai dari hal-hal kecil pribadi seperti bagaimana mengatasi anak mereka yang nakal, atau minta didoakan keluarga mereka yang sakit. Meluas lagi seperti disambati pengurus masjid yang memerlukan biaya pembangunan masjidnya. Dan masalah-masalah yang dibawa pun akhirnya sampai pada skala tidak hanya RT/RW, Kotamadya/Kabupaten/Propinsi, tapi sampai pada level negara bahkan internasional. Semua dibawa kepada Mbah Nun dengan harapan diberikan sebuah solusi. Di antara problem sosial dalam skala nasional yang disambati kepada Mbah Nun untuk memberikan solusi seperti masalah Kedungombo, Konflik Sampit, Penyerbuan Majene, Bentrok Tulang Bawang, Bentrok Muntilan, Lumpur Sidoarjo, dll.

Nah teman-teman, memasuki tahun 2018 ke depan, melalui caknun.com kita akan sinau kepada Mbah Nun bagaimana beliau melayani problematika sosial yang disambati masyarakat itu. Supaya kita bisa sama-sama belajar bagaimana posisi dan sikap Mbah Nun dalam memberikan solusi sosial. Belajar menjadi manusia yang melayani walau apapun identitas yang disematkan kepadanya.

Sumber: https://www.caknun.com/2017/memenuhi-sesambatan-masyarakat-belajar-kepada-mbah-nun/

Sembilan Daur II yang Disimpan Dulu. Mengapa?

Pada angka ke-300, Daur II ambil napas dulu. Masih 9 lagi untuk genap satu putaran 309. Dan kita belum tahu kapan 9 itu pada akhirnya dihadirkan kepada kita. 9 itu disimpan terlebih dahulu. Tapi mengapa disimpan dulu? Tidakkah teman-teman bertanya demikian di dalam benak teman-teman? Ini di luar tulisan 122 harian lainnya yang juga masih tahap jeda dulu.

Apakah disimpan itu sebuah langkah begitu saja tanpa pertimbangan seperti di pagi hari teman-teman membuat kopi dan menyulut rokok karena sudah refleks dan kebiasaan? Tidakkah ada pertimbangan-pertimbangan yang melandasinya?

Kalau pinjam teori decision making process, tidak ada sebuah keputusan yang pernah lahir begitu saja tanpa disertai proses yang sering kali tidak sederhana. Setiap proses lahir lewat proses yang panjang. Ada di dalamnya input yang beragam. Ada aneka konsiderasi. Ada berbagai situasi. Ada macam-macam kondisi. Kesemuanya berpadu diolah melewati suatu mesin, yang di ujungnya akan muncul sebuah output bernama keputusan.

Akan halnya Daur II ini. Sampai hari ke-5 sejak pause, apa yang terenungkan dalam pikiran teman-teman? Rasa penasaran apa yang mencuat? Mengapa Mbah Nun break dulu? Adakah teman-teman menemukan satu situasi tertentu atau beragam situasi yang melatari 9 sisa tulisan itu ditahan dulu?

Bukankah seperti teman-teman sadari bahwa tulisan-tulisan Mbah Nun bukanlah tulisan tanpa konteks yang melatari setiap pesan-pesan yang disampaikannya? Setiap tulisan Mbah Nun senatiasa berada dalam suatu integralitas dengan kanan-kiri depan-belakang atas-bawah.

Ketika 9 Daur II ini sejenak ambil napas, sangat mungkin sejumlah hal sedang Mbah Nun alami. Ada, misalnya, kedhaliman internasional menimpa sejumlah orang dan Mbah Nun harus berupaya menolong mereka karena yang dibayangkan menolong ternyata tak cukup mampu menolong, atau bahkan tak cukup mengerti harus bersikap bagaimana yang mengacu pada martabat atau harga diri.

Atau Mbah Nun sedang geli melihat keadaan dunia yang makin menghidangkan ketolololan. Betapa tak mutu sikap sejumlah orang yang terlihat di mata Mbah Nun. Keadaan yang membuat Mbah Nun merasa bahwa inni ja’ilun fil ardhi khalifah itu belum berlangsung, tetapi baru akan nanti pada suatu masa yang mungkin masih jauh. Jangan lagi khalifah, insan dan manusia pun belum. Maka di tengah jeda itu Mbah Nun berdoa: Ya Allah isilah bumi ini dengan manusia.

Peristiwa-peristiwa penting mungkin sedang dialami dan harus direspons Mbah Nun hari-hari ini, dan bisa jadi itu akan menjelmakan 9 Daur II yang disimpan itu menemukan wujudnya yang baru. Ini satu kemungkinan jawaban atas ‘mengapa’ di judul tajuk ini. Tetapi, teman-teman baik kiranya juga menyelam sendiri-sendiri untuk menemukan jawaban atas ‘mengapa’ tersebut. Masuklah ke ‘mengapa’ itu.

Pada angka ke-300, Daur II ambil napas dulu. Masih 9 lagi untuk genap satu putaran 309. Dan kita belum tahu kapan 9 itu pada akhirnya dihadirkan kepada…

Mari Mentadabburi Daur Mbah Nun

Beragam respons masuk ke email redaktur maiyah setelah tayangnya tajuk Mensyukuri Dauriyah Daur 01-309. Kesemua respons itu mengenai pengalaman mengikuti tulisan Daur, lalu apa yang diperoleh dari Daur, dan bentuk padatan hikmah atau semacam quoteyang ditemukan di dalam tulisan-tulisan Daur, atau tadabbur dari apa yang diperoleh dari Daur. Kesemua itu dalam rangka mensyukuri putaran Daur 01 – 309 yang membersamai Jannatul Maiyah selama 309 hari di tahun 2016 ini.

Atas respons-respons yang dikirimkan Jannatul Maiyah, kita semua layak bersyukur. Dan rasa syukur itu diwujudkan akan ditayangkan respons dan tadabbur itu dalam sebuah rubrik baru di CAKNUN.COM bernama “Tadabbur Daur”.

Selain respons yang masuk, upaya Tadabbur Daur juga dilakukan teman-teman penggiat simpul yang diinisiatifi oleh simpul Suluk Pesisiran Pekalongan melalui websitenya sulukpesisiran.com dan segera disusul oleh para penggiat Bangbang Wetan Surabaya. Juga teman-teman simpul Gambang Syafaat Semarang yang membentuk kelompok kecil untuk Sinau Daur.

Pada tajuk Mensyukuri Dauriyah Daur 01-309 itu telah disampaikan bahwa tulisan dalam Daur tidak berupa daging mangga yang sudah dipetik, dikupas, diiris, dan disajikan di piring untuk siap makan. Namun ia merupakan biji (pelok) mangga yang harus ditanam, dirawat, tumbuh hingga berbuah nantinya. Dengan prinsip pelok ini, pijakannya adalah Jannatul Maiyah diajak untuk berproses. Proses dengan tahapan yang berbeda-beda pada setiap insan dan bisa jadi akan sangat panjang proses itu.

Salah satu proses Tadabbur Daur bisa berangkat dari semacam Tahqiq yang diperoleh oleh masing-masing individu di setiap tulisan Daur. Tahqiq inilah yang dimaksud dengan padatan hikmah atau sebuah “akik” dari bongkahan batu besar Daur pada tajuk Mensyukuri Dauriyah Daur 01-309. Tiap-tiap individu akan menemukan Tahqiq yang berbeda-beda.

Sebagai contoh, salah satu Tahqiq yang bisa ditemukan seperti pada Daur 07 Anak Asuh Bernama Indonesia, “Bahwa keberhasilan dan kebahagiaan hidupmu tidak terutama tergantung pada keadaan-keadaan yang baik atau buruk di luar dirimu, melainkan tergantung pada kemampuan ilmu dan mentalmu menyikapi keadaan-keadaan itu”.

Contoh lain misalnya pada Daur 62 Revolusi Tlethong, “Tidak setiap orang harus mempelajari riwayat sapi, segala sisi ilmu dan pengetahuan tentang sapi. Bahkan kebanyakan para peternak sapi juga tak sejauh itu harus memahami. Yang perlu mereka ketahui hanya sejumlah hal pokok: bagaimana memelihara sapi, apa makan minum sapi, bagaimana sapi malam sapi siang, intinya cukup mengetahui bagaimana menjadikan sapi bermanfaat bagi kehidupan”.

Dan masih banyak Tahqiq-Tahqiq lain tersebar dari 309 Daur. Dari Tahqiq yang Jannatul Maiyah temukan tersebut bisa ditadabburi seperti yang dilakukan para penggiat simpul Suluk Pesisiran, Bangbang Wetan, dan Gambang Syafaat tadi.

Untuk itu mari bersama-sama terus mensyukuri 309 Daur tersebut dengan terus berpartisipasi mentadabburi Daur, baik itu berupa Tahqiq sejumlah minimal lima Tahqiq, atau tadabbur Jannatul Maiyah yang berangkat dari mentadabburi Tahqiq yang ditemui.

Kesemua Tadabbur Daur bisa dikirimkan ke redakturmaiyah[at]caknun.com. Selamat mentadabburi Daur. []

Atas respons-respons yang dikirimkan Jannatul Maiyah, kita semua layak bersyukur. Dan rasa syukur itu diwujudkan akan ditayangkan respons dan tadabbur itu dalam sebuah rubrik baru di CAKNUN.COM bernama “Tadabbur Daur”.

Selain respons yang masuk, upaya Tadabbur Daur juga dilakukan teman-teman penggiat simpul yang diinisiatifi oleh simpul Suluk Pesisiran Pekalongan melalui websitenya sulukpesisiran.com dan segera disusul oleh para penggiat Bangbang Wetan Surabaya. Juga teman-teman simpul Gambang Syafaat Semarang yang membentuk kelompok kecil untuk Sinau Daur.

Pada tajuk Mensyukuri Dauriyah Daur 01-309 itu telah disampaikan bahwa tulisan dalam Daur tidak berupa daging mangga yang sudah dipetik, dikupas, diiris, dan disajikan di piring untuk siap makan. Namun ia merupakan biji (pelok) mangga yang harus ditanam, dirawat, tumbuh hingga berbuah nantinya. Dengan prinsip pelok ini, pijakannya adalah Jannatul Maiyah diajak untuk berproses. Proses dengan tahapan yang berbeda-beda pada setiap insan dan bisa jadi akan sangat panjang proses itu.

Salah satu proses Tadabbur Daur bisa berangkat dari semacam Tahqiq yang diperoleh oleh masing-masing individu di setiap tulisan Daur. Tahqiq inilah yang dimaksud dengan padatan hikmah atau sebuah “akik” dari bongkahan batu besar Daur pada tajuk Mensyukuri Dauriyah Daur 01-309. Tiap-tiap individu akan menemukan Tahqiq yang berbeda-beda.

Sebagai contoh, salah satu Tahqiq yang bisa ditemukan seperti pada Daur 07 Anak Asuh Bernama Indonesia, “Bahwa keberhasilan dan kebahagiaan hidupmu tidak terutama tergantung pada keadaan-keadaan yang baik atau buruk di luar dirimu, melainkan tergantung pada kemampuan ilmu dan mentalmu menyikapi keadaan-keadaan itu”.

Contoh lain misalnya pada Daur 62 Revolusi Tlethong, “Tidak setiap orang harus mempelajari riwayat sapi, segala sisi ilmu dan pengetahuan tentang sapi. Bahkan kebanyakan para peternak sapi juga tak sejauh itu harus memahami. Yang perlu mereka ketahui hanya sejumlah hal pokok: bagaimana memelihara sapi, apa makan minum sapi, bagaimana sapi malam sapi siang, intinya cukup mengetahui bagaimana menjadikan sapi bermanfaat bagi kehidupan”.

Dan masih banyak Tahqiq-Tahqiq lain tersebar dari 309 Daur. Dari Tahqiq yang Jannatul Maiyah temukan tersebut bisa ditadabburi seperti yang dilakukan para penggiat simpul Suluk Pesisiran, Bangbang Wetan, dan Gambang Syafaat tadi.

Untuk itu mari bersama-sama terus mensyukuri 309 Daur tersebut dengan terus berpartisipasi mentadabburi Daur, baik itu berupa Tahqiq sejumlah minimal lima Tahqiq, atau tadabbur Jannatul Maiyah yang berangkat dari mentadabburi Tahqiq yang ditemui.

Kesemua Tadabbur Daur bisa dikirimkan ke redakturmaiyah[at]caknun.com. Selamat mentadabburi Daur. [] RedJS

Sumber : https://www.caknun.com/2016/mari-mentadabburi-daur-mbah-nun/