MAMPIR MEDANG (85): Memang Bukan Alamat Persisnya

Kalau untuk listrik yang tidak hidup disebutnya mati. Tetapi kalau untuk manusia, tidak. Mangkat, berpulang, dipanggil oleh Allah, dll.

Sebab memang manusia yang sirna dari dunia tidaklah ia kemudian lenyap. Melainkan ia berpindah ke sebuah tempat entah di alamat dan di dimensi mana yang kita tidak tahu.

Yakin ada, tapi tak tahu di mana alamat persisnya. Nah, adanya orang pergi berziarah kubur adalah dalam rangka berupaya untuk mendatangi.

Datang tidak pada alamat persisnya memang, tetapi setidaknya di situ adalah sejauh-jauh alamat yang masih bisa kita jangkau.

(Diolah dari: Agus Sukoco)

MAMPIR MEDANG (84): Repot Kekurangan Waktu

Bagi orang pada generasi kakek-nenek dan bapak-ibu kita, setiap profesi pekerjaan adalah bernilai olahraga. Penderes membutuhkan aktivitas fisik, guru sekalipun dituntut banyak jalan kaki. Oleh karenanya, bisnis fitnes tidak marak seperti hari ini.

Pada era itu pula, kegiatan kesenian masyarakat bermuatan toriqoh. Orang berkesenian dalam rangka menempa diri, sebagai proses tirakat atau riyadhoh. Sehingga ada atau tidak ada panggung, pertunjukkan kesenian dikerjakan dengan penuh totalitas.

Pantas saja hari ini hidup kita terasa begitu repot kekurangan waktu, sebab disamping harus mengerjakan profesi mencari uang, kita masih harus melakukan olahraga. Sebab mengerjakan kesenian sebatas misi aktualisasi diri atau sekedar hoby, sehingga masih membutuhkan ikut di dalam majelis toriqoh.

(Diolah dari: Agus Sukoco)

Mukadimah: HONG WILAHENG

Hari ini sudah tiga bandara di negeri kita yang sudah dipermewah dengan keberadaan kereta api khusus bandara. Tidak sampai setahun ke depan, Ibukota akan sempurna dengan kehadiran jaringan kereta pengangkut massal yang didamba-damba, MRT, sehingga tidak lagi ketinggalan dengan negara-negara tetangga. Juga, tidak pernah di dalam sejarah kita pernah seambisius ini dalam melahirkan jalan-jalan tol baru. Sungguh bergelimang pencapaian demi pencapaian.

Apabila ukuran pencapaian adalah para tetangga, memang hari ini kita belum menyalip mereka. Namun setidaknya hari ini, kita hampir setara. Pertanyaannya kemudian, apakah cara berfikir negara kita masih seprimitif orang-orang di kampung, yakni mereka yang dibuat panas hatinya sebab tetangganya membeli tivi, kulkas dan mesin cuci baru?

Mudah-mudahan tidak demikian. Mengejar target pencapaian dengan mengintai pencapaian tetangga hanyalah hal yang nisbi. Hampir seabad kita mengaku telah bangkit, cara-cara berfikir yang lebih mutakhir ketimbang iri-irian mestinya sudah melandasi setiap keputusan yang mesti diambil hari ini.

Bukankah lebih baik kita menghitung target pencapaian diri kita menakar dari yang sudah kita lalui sendiri? Kita ‘menghitung sejarah’ kita sendiri. Agar apa yang sudah kita investasikan selama ini, panjangnya perjalanan waktu yang dilalui, banyaknya pengorbanan tenaga, kesungguhan andil pikiran dan segenap biaya materiil serta imateriil, semua itu menjadi pengorbanan yang setimpal. Tidak kemudian menjadi sia-sia belaka.[RedJS]

MAMPIR MEDANG (83): Lalat dan Kotoran Sebadan

Reaksi seseorang yang sedang berdiam lantas tiba-tiba ada seekor lalat menclok di badannya adalah meneplek lalat itu dan mengusirnya.

Lalat harus diperlakukan seperti itu, sebab badan lalat berlumur kotoran. Sebelum hinggap di tubuh kita, mungkin ia telah hinggap di tong sampah, comberan dan tempat-tempat kotor lainnya.

Apabila sikap kita terhadap lalat saja segalak itu menepleknya, apakah sikap kita terhadap diri kita sendiri juga demikian? Bukankah kalau kejelekan-kejelekan pribadi kita ditampakkan, sesungguhnya kita berlumur kejelekan dan keburukan?

Bagi lalat mungkin kita adalah kotoran sebesar badan, ia nyaman saja hinggap sepertihalnya ia hinggap di comberan dan tong sampah.

(Diolah dari: Agus Sukoco)

Photos

Ikhtiar dan Nasib yang Baik Hari Ini Sah Bertemu

Pagi ini (28/4), Kang Ujang Falahuddin resmi mengijab Mba Usriyah di Sumbang, Banyumas. Semoga dengan bekal mawadah dan rahmah mempelai berdua dapat istiqomah mengarungi bahtera rumah tangga menuju sakinah.

Kang Ujang adalah penggiat Juguran Syafaat, mengisi posisi vokal pada kelompok musik KAJ juga kerap bertugas memandu jamaah dan audiens melantunkan sholawat.