Mukadimah: NGUNDUH WOHING MOMENTUM

Juguran Syafaat Januari 2022

“Saya akan menawarkan satu tingkat pemahaman, ilmu, sikap hidup yang sangat khusus dan agak tinggi. Terserah engkau bersedia atau tidak, engkau kuat atau tidak, atau bahkan engkau menjadi jengkel. Allah berfirman, “Ikutilah orang-orang yang tidak meminta imbalan kepadamu, dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk” (QS Yasin:21). Ayat ini pertama kali saya mengenalnya dari kaligrafi di rumah Menturo, Ayah saya yang menulisnya.

Di Jawa ada kearifan, ‘Ngunduh wohing pakarti’, lalu ‘Becik ketitik ala ketara’. Sekarang kalau yang engkau alami becik tapi ora ketitik, ala tapi ora ketara bagaimana? Kamu marah atau ikhlas? Saya ingin menawarkan satu tingkat tertinggi. Yang mendapat petunjuk dari Allah adalah yang tidak pamrih imbalan. Kalimatnya jelas, tidak memakai konotasi. Bahwa kalau engkau masih mengeluh tidak mendapat bati, nandur tapi ora panen, kamu belum ‘muhtadin’.

Saya nandur terus, meskipun tidak panen. Saya ingin mengatakan kepada kalian, engkau nandur saja dengan keikhlasan nandur. Rasah nggagas panen! Karena ada klausul Allah: Tidak usah mencari pahala, tidak usah menunggu Aku beri balasan, tidak usah menunggu satu biji menjadi tujuh batang dengan 100 biji, tidak Aku balas juga tidak apa-apa.”, Mbah Nun. 

Karena kita semua hidup bersama Allah, di dalam perintah dan takdir Allah, bukan hidup di dalam cara berpikir diri sendiri, maka bersama-sama kita akan melingkar di Juguran Syafaat edisi ke-106 mengurai pamrih kita kepada Allah, dari sikap mental mengeluh bahkan memprotes-Nya, menjadi sikap mental yang lebih memberdayakan. Karena Allah akan gembira ketika kita berupaya menjadi lebih berdaya.

Previous ArticleNext Article