Majelis Ilmu Juguran Syafaat edisi 103, Oktober 2021
Tampak secerah kegembiraan dari lighting set yang sudah 18 bulan tersimpan tidak terpakai di gudang. Hari itu ia dilap lagi dari ramat dan res-res. Lalu selepas Maghrib ia sudah bertengger lagi di bawah langit-langit Pendopo Wakil Bupati Banyumas. Juguran Syafaat melingkar lagi di sini. Lighting On!
Siapa yang tidak rindu dengan tempat yang sudah dilewatkan lebih dari Sewindu ini. Menghadapi liak-liuk kehidupan dengan segenap asam-garamnya. Meski tak pernah menawarkan penyelesaian praktis dan to the point dari setiap insan-insan yang haus dan dahaga akan solusi masalah pribadi. Tetapi, seperti misi awal forum ini digelar, setidaknya di tempat ini bisa menjadi mercusuar yang menunjukkan arah memberitahu di mana harus sejenak berhenti dan bersandar lalu kemana harus meneruskan arah lagi.
Segala nilai ketidaksempurnaan dalam pengupayaan terselenggaranya forum ini termaklumi oleh fadhilah keistiqomahan. Tak ada forum serupa ini di sini yang hingga 103 edisi tak pernah putus meregang konsistensi. Setiap suguhan yang kurang ‘daging’ atau relevansi topik yang terlalu menyimpang dari ekspektasi di balik benak tak menjadi soal. Semua terlebur oleh energi dari setiap ketulusan yang masing-masing suguhkan. Memangnya apa sih kepentingan yang tersembunyi ada di sini?
Cukuplah kepentingan terang-terangan saja yang ada, yakni serajuk ungkapan kepada Tuhan: Ini memang pastilah bukan bernilai apa-apa, tapi semoga Engkau berkenan mencatatnya sebagai sebaik-baik sedekah diri, sebagai sebuah dedikasi dari orang-orang yang mungkin jauh dari maqamat sosial atas ekspertasi.
Taat Protokol Keafiatan
Sebanyak 30 orang jamaah yang sudah mendaftar terlebih dahulu melalui online form yang link-nya disebar melalui poster “Keberuntungan Eksponensial” satu persatu hadir di lokasi. Sejumlah 13 orang jamaah hadir dadakan mengisi slot kapasitas tempat duduk yang diatur dengan tanda lakban.
Tak lagi asing dengan termogun dan handsanitizer, semua peserta melewati tahap tersebut sebelum kemudian mengisi daftar hadir. Ini adalah kenormalan baru di dalam kebiasaan kegiatan Maiyahan di Simpul Maiyah Juguran Syafaat. Tetapi toh semuanya bisa beradaptasi dengan nyaman. Stok masker tidak lupa disiapkan oleh penggiat, kalau-kalau ada yang talinya putus, atau tertawa lepas kendali sehingga perlu berganti masker, jamaah bisa mendapatkannya di meja registrasi.
Dokumentasi video tidak lagi ditayangkan secara live, selain memperhitungkan durasi yang berlangsung lebih panjang, juga agar forum lebih gayeng, karena narasumber dan setiap perespons tidak perlu berhadap-hadapan langsung dengan UU ITE tentu saja. Sebab ini forum “keluarga”, bukan live talkshow, vlog atau podcast. Jamaah yang terpaksa tak mendapat kuota kehadiran, meski tak dapat menyimak live-Youtube tetapi masih bisa menyimak live-twit di @JuguranSyafaat pada hastag #JSOkt. Atau menyimak Instagram Story yang dibagikan oleh jamaah.
Tak perlu fa-fi-fu briefing, penggiat menempatkan pada pos tugasnya masing-masing. Tampak cak-cek sat-set mereka berkompetisi mengerjakan kualitas peran terbaiknya. Semata-mata bukan supaya menjadi yang paling unggul, melainkan semata agar menjadi pembangun cuaca kegembiraan yang baik satu sama lain.
Better Living
Tilawah Quran Surat At-Taubah menjadi pembuka forum. Dilantunkan oleh Kukuh dan Karyanto. Lalu dilanjutkan dengan Sholawat diiringi dengan petikan gitar oleh Hirdan. Malam hari itu hadir Bunda KLC yang membawakan lagu-lagu diiringi oleh gitaris Nadasumbang.
Bunda juga memberikan sharing bagaimana hempasan ekonomi membuat ia harus menggila mengerjakan solusi semasa pandemi. Lagu yang dibawakannya berjudul “Better Living” dan “Better about You”. Gitaris Nada Sumbang dan rekan saat ini sedang merilis kumpulan cerpen “Omong Kosong di Beranda” dan sebuah CD Album bertajuk “Proyek Keji”. Jamaah yang hadir bisa mendapatkannya di Pojok Merchandise yang juga gelar lapak malam hari itu.
Bagas, salah seorang Jamaah yang hadir memberikan sharing-nya. Bahwa selama pandemi ia merintis kegiatan kewirausahaan dengan mendapat bimbingan dari Wakil Bupati. Ini menjadi pengalaman yang ia merasa merupakan hal yang memberdayakan dirinya. Ketika mengamati proses diri sendiri, kesempatan mendapat kemudahan dan keberuntungan yang di luar dugaan adalah tidak terlepas dari peran Allah dan rasa bergantung kepada-Nya.
Makna Pasrah
Ditandaskan pula oleh Mas Agus Sukoco malam hari itu bahwa pertimbangan diri di dalam mengambil setiap keputusan haruslah mengacu pada “ini Allah lega tidak? ini Allah ridho tidak?”. Jadi tidak hanya mengacu pada belief system yang terbentuk di pikiran sendiri.
Mas Agus juga mendekonstruksi makna pasrah. Pasrah justru adalah ketika diri kita berani mengambil sebuah ikhtiar. “Dengan kita memasuki zona tumbuh, maka itu mempeluangi kita mendapatkan keberuntungan yang berlipat-lipat”, ujarnya.
Senada dengan itu, Kukuh menyampaikan satu kalimat Mas Sabrang yang dalam setahunan ini menjadi “jimat” proses penumbuhan dirinya, “Impian di masa depan akan mempermudah kita dalam menentukan prioritas hidup kita hari ini”.
Mas Agus juga kembali mengelaborasi kesadaran mikrokosmos. Bahwa manusia dan alam, yang berposisi subjek itu manusia, meskipun secara kasat mata yang terlihat lebih besar adalah alam semesta tetapi yang lebih menentukan tetap manusianya. “Mengubah jiwa (nafs), maka dapat mengubah keadaan”, kata Mas Agus substantif.
Kebahagiaan yang Tidak Ada Bosannya
Kalau menghitung dampak perolehan dari sebuah majelis ilmu, sintesis pengetahuan baru, adonan energi jiwa yang baru, small sense of pride dari mengerjakan hal sederhana yang bermakna, rezeki sambung sedulur, public exposure hingga keridloan Allah atas persembahan keikhlasan dari setiap peran dari yang hadir, maka biaya penyelenggaraan forum Juguran Syafaat ini sejatinya amatlah murah.
Terima kasih kepada tim Java Exposure Studio yang meskipun tidak ketempatan studio live streaming-nya lagi tetapi tetap mendukung secara lengkap dan probono untuk sound-system dan multimedia. Juga kepada Pak Toto, Biyung Pendopo dan segenap tim kebersihan menjadi bagian dari keluarga Juguran Syafaat. Tak lupa juga kepeada petugas satuan pengamanan, Pak Satpol dan Pak Intel sehingga semua berlangsung aman dan terkendali.
“Kebutuhan utama kita adalah kembali ke Tuhan, tetapi kita dihibur dengan kebahagiaan motor, mobil, sepeda. Tetapi hal itu hanya sebentar saja bosan. Berbeda dengan manifestasi kehadiran Tuhan”, ungkap Mas Agus Sukoco.