Persaudaraan Hati

Sejauh- jauh burung terbang, ia akan kembali ke sarangnya. Pepatah ini adalah “pepeling” kesadaran tentang rumah, ibu, kampung halaman dan “sangkan- paran”. Mbah Nun telah membangunkan rumah sejati bagi “bayi” kemanusiaan. Rumah yang dibangun dengan atmosfir nilai “ummun”. Sumber mata air yang yang mengikat batin manusia pada rasa se- persusuan nilai. Rumah itu bernama Maiyah.

Maka kemanapun anak- anak pergi, mereka akan digerakan energi rindu untuk kembali. Seorang anak bisa saja pada suatu momentum berteriak akan minggat dari rumah, tapi jiwa terdalamnya tak akan kuat untuk jauh berlama- lama dari suasana rumah. Suasana psikologis pergaulan memang unik, dinamis dan fluktuatif. Namun itulah yang memperindah kehidupan. Rindu dan benci adalah keadaan yang saling me- ruangi satu sama lain. Begitulah hukum cinta bekerja.

Rumah itu telah terbangun di ratusan dan mungkin ribuan titik di Indonesia meskipun peta negara tak pernah menyebutnya. Hari ini manisfestasi rumah tersebut di Purbalingga bernama Malam Kamis Pahing. Rumah tempat menggelar rindu bersama. Rumah untuk menggambar imajinasi peradaban pasca kebudayaan modern. Rumah untuk melatih kesabaran menyambut pagi hari sejarah.

Previous ArticleNext Article