Sebelum dilahirkan dan mejalani kehidupan di alam dunia, manusia sempat singgah selama sembilan bulan di alam kandungan. Dalam Perjalanan transisional dari alam ruh ke alam materi, manusia melewati proses dan tahapan biologis di “gua garba” seorang ibu. Manusia datang ke bumi atas perintah Tuhan untuk menjadi khalifah-Nya.
Ada jenis pendidikan pra-lahir. Sedangkan pendidikan modern hanya mengenal proses pendidikan pasca lahir. Anak manusia dibantu untuk menemukan karakter khas atau perjanjian personalnya dengan Tuhan. Menurut lazimnya pendidikan adalah setelah ia lahir. Maka diselenggarakan tahapan pendidikan dari PAUD sampai perguruan tinggi.
Padahal eksistensi manusia sudah bisa dideteksi secara medis ketika masih di dalam perut ibunya. Kebudayaan Jawa sangat paham soal ini. Maka leluhur kita memulai proses pendiidkan lebih awal dari PAUD. Yakni pra-lahir. Terdapat sejumlah ritual yang diselenggarakan dalam proses pendidkan sebelum seorang jabang bayi itu lahir . Salah satunya adalah “keba atau mitoni.
Ritus mitoni merupakan respon orang tua kepada janin atau jabang bayi, bahwa kehadiran manusia baru ( jabang bayi) ke alam dunia sudah dipersiapkan. Gegap gempita ritual yang dilakukan orang tua dengan mengudang tetangga-tetangganya merupakan upaya mengabarkan kegembiraan kepada sang bayi di dalam rahim.
Kegembiraan yang dilambangkan dengan segala uborampe ritual tersebut diharapkan menjadi kekuatan doa untuk menyemangati jabang bayi memasuki alam barunya di dunia. Semangat jabang bayi hadir di medan juang tugas kekhalifahan yang kelak membuat proses kelahiran menjadi mudah. Upaya komunikatif orang tua kepada jabang bayi di kandungan dibakukan dalam bentuk tradisi mitoni.
Apakah ada kemungkinan saling merespon antara orang tua dengan sang bayi di dalam rahim? Orang Barat saja telah menyimpulkan demikian. Maka oleh mereka, bayi di dalam kandungan sering diperdengarkan musik klasik. Ini yang saya sebut sebagai proses pendiidkan pra-lahir. (Agus Sukoco)