Mbah Nun adalah sosok ilmuwan pelintas batas atau sosok multidisiplinier. Ada banyak sisi keilmuan yang bisa kita gali dari beliau : agama, politik, seni, sastra, teater, budaya, filsafat, sejarah, jurnalistik, tasawuf, ekonomi, kesehatan, dan silakan anda tebak atau gali sendiri.
Proses kita menyerap ‘absorbser’ ilmunya Simbah itu memiliki beberapa ragam cara. Ada cara biasa dan cara tidak biasa.
Kita memang bisa menempuh proses pembelajaran via jalur formal dengan membaca tulisan dari buah karya-karyanya atau intens mengikuti kajian Sinau Bareng. Kiai Fitron, pengasuh Ponpes An Nahl Purbalingga, menyebut cara belajar ini sebagai model ‘ngaji syariat’.
Namun jangan lupa, ada jalur lain yang bisa kita susuri, yaitu jalur mahabah. Cara yang ini agak kurang logis. Apa hubungan ‘mahabah’ (cinta) dengan ‘transfer ilmu’?
Ya memang susah dinalar. Kiai Fitron menyebutnya model ‘ngaji hakekat’.
Dengan turut nyengkuyung agenda Sinau Bareng atau berkontribusi membeli merchandise CNKK Limbangan, berarti anda menjadi bagian penempuh jalur mahabah.
Tapi kudu ikhlas, mengutip sebagaimana yang sering diungkapkan Mbah Nun : ‘harus dengan kesadaran akal dan kebeningan hati. Semoga bermanfaat. (Febri Patmoko)