Ekspresi Cinta berupa Iming-Iming

Betapa rempongnya seorang Ibu kalau melihat anaknya ndak mau mandi seharian. Keadaan dapat menjadi heboh kalau aksi ndak mau mandinya berlangsung berhari-hari. Bagi si anak, keadaaan apapun dia nyaman-nyaman saja. Walau susah disuruh mandi, sekalinya mau mandi, main air terus dia, susahnya minta ampun diajak mentas.

Kenapa Ibu begitu hebohnya melihat anak ndak mau mandi? Karena ibu sangat peduli terhadap kesehatan anaknya. Ia yang paling khawatir terhadap sekecil apapun resiko yang mungkin menimpa si anak. Kalau si anak kemudian menjadi tidak penurut, jangan-jangan perkembangan dirinya nanti ndak dalam kondisi yang baik.

Termasuk juga khawatir pada masalah fisik. Takut badan si anak terkena gatal di badannya atau sakit gigi karena ndak mandi itu sepaket juga dengan susah diajak menyikat gigi. Hingga persoalan pandangan tetangga, mempunya anak kok kucel sebab jarang mandi, jangan-jangan ibunya kurang cerdas ngurusi anak.

Seorang Ibu menjadi semakin repot ketika si anak sudah mulai mampu berdebat. Penolakan untuk berangkat mandi diadu dengan argumentasi. Pada saat itu biasanya Ibu pakai jurus andalannya, yakni memberikan iming-iming. Ayo mandi, nanti dibelikan es krim. Atau, ayo mandi, nanti habis mandi kita jalan-jalan. Saat semua iming-iming membiasa sehingga tidak mempan, sesekali ditambah dosisinya: Ayo kita beli mercon. Maka, Cuussss…!!! Si anak langsung dengan semangat minta untuk mandi.

Salut untuk Ibu yang disamping harus menata dan mengurus semua pekerjaan rumah, juga ia sekaligus yang tak kalah penting dan tak kalah menguras energi ngembati si buah hati. Begitu repotnya, itu saja baru hanya untuk urusan mandi.

Menjadi sebuah perenungan untuk kita bersama, betapa untuk terjadinya sebuah kebaikan diperlukan pihak yang memberikan iming-iming. Meskipun kebaikan itu manfaatnya kembali kepada si pelaku sendiri. Mandi itu untuk kebaikan dan kesehatan si anak, yang merasakan manfaatnya juga si anak, kok pihak lain yang repot harus memikirkan berbagai iming-iming itu.

Apakah gerangan yang menggerakkan? Tidak lain adalah rasa peduli, rasa sayang dan cintalah yang melandasi pihak lain mengkondisikan agar yang di sayang dalam keadaan baik-baik saja.

Begitupun dengan iming-iming pahala dan surga yang sepaket dengan ancaman neraka. Semua itu Allah berikan untuk tujuan membawa kebaikan bagi diri pelaku amaliahnya. Namun, kebanyakan orang tidak menyadari bahwa Allah adalah pihak yang sangat sayang sekali kepada kita umat manusia. Sampai-sampai Dia harus menawarkan iming-iming sedemikian melimpah, terlebih di bulan Ramadhan ini.

Perintah-Nya kalau tidak dilaksanakan dengan baik, yang rugi dan mendapat efeknya ya diri manusia sendiri. Namun, dasarnya memang nalar kita terbatas, diberi iming-iming malahan berhenti pandangannya sebatas pada perolehan iming-iming itu. Tidak juga paham bahwa iming-iming hanyalah sarana atau mekanisme untung ruang perkembangan diri umat manusia sendiri.

Ini sekelumit perenungan saya, saat bersama istri tercinta sedang rempong ngurusi anak yang ndak mau mandi. Kok ya sampai nyambung ke Cinta Tuhan kepada kita umat manusia ya. Eh, tapi bukankah memang segala urusan kita itu hendaknya tidak boleh terlepas dari persambungan diri kita dengan Allah Ta’ala. (Karyanto)

Previous ArticleNext Article