Cita-Cita Baik, Hari Ini Baik

Sama-sama peristiwanya adalah mencubit tangan tetapi bisa berbeda efek akibatnya. Mencubit, menyenggol dan menabok akan berbuah kemesraan kalau dilakukan oleh sepasang pengantin baru. Tidak ada marah-marah, yang ada dibalas justru semakin mesra.

Tetapi kalau orang yang dicubit tangannya itu adalah orang lain, maka bisa saja ia menjadi tersinggung kemudian marah dan yang ada kita digampar olehnya. Di atas adalah sekelumit analogi yang diungkapkan oleh Mas Agus Sukoco saat kesempatan ngobrol-ngobrol santai seusai virtual forum Juguran Syafaat lalu.

Ketika itu saya bertanya tentang maksud dari sebuah hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik, “Allah Ta’ala berfirman: wahai hamba-Ku, Aku sesuai persangkaanmu kepada-Ku,…”.

Jawaban berupa analogi tersebut belum membuat saya terpuaskan. Meskipun saya mendapat pemahaman bahwa terhadap sesuatu yang jelas-jelas Dia mengasihi kita, maka tinggal bagaimana prasangka kita saja terhadap “perilaku”-nya kepada kita. Tidak mungkin perilaku itu terdapat yang merupakan bukan sebuah kemesraan.

Saya kemudian terus membawa ke dalam perenungan saya sendiri tentang “berprasangka baik”. Sesuatu yang menurut saya nyambung kemudian saya dapatkan dari sahabat saya yakni Mas Kukuh, pada sebuah medsos ia menyetatus “Impian menjadikan kita mudah untuk menentukan prioritas-prioritas hidup hari ini”.

Bukankah impian adalah juga bentuk dari sebuah prasangka baik? Gumam saya. Yah, mengalirkan energi positive thinking kepada pasangan, kepada masa depan atau kepada siapapun saja pada akhirnya energi positif itu akan berbalik kepada diri sendiri. Itu adalah sebuah kesimpulan kecil yang saya dapatkan.

Semakin baik, hebat dan wah sebuah impian maka ia akan mengalirkan energi yang semakin positif terhadap apa-apa yang harus dikerjakan oleh kita di hari ini. Menjadi tidak sinkron ketika seseorang mempunyai impian istimewa tetapi hari-harinya dijalani secara biasa saja.

Sebaliknya ketika hidup tidak mempunyai impian, masa depan hanya sebuah pesimisme maka energi buruk akan mengurung hari-hari kita. Hari-hari dijalani tanpa prioritas yang jelas.

Begitupun berprasangka buruk kepada Tuhan, maka energi diri ini akan tersedot menjadi alasan-alasan untuk menyalahkan Tuhan. Tidak heran apabila kemudian yang ditemui adalah nasib buruk.

Mau direnungi atau dianalisis bagaimanapun, tidak saya temukan alasan Tuhan mempunyai kepentingan buruk kepada hamba-Nya. Maka baik atau buruk letaknya hanya pada pilihan pandangan kita kepada-Nya. (Agus Ginanjar)

Previous ArticleNext Article