Di tengah asumsi kebanyakan orang tentang arti bahagia, selalu saja ada orang dengan keyakinan yang berbeda dalam memaknai kebahagiaan. Salah satu diantaranya adalah Ki Ageng Suryo Mentaram yakni seorang pangeran putra Sultan Hamengkubuwono VII. Keputusannya meninggalkan keraton dan meletakan gelar kebangsawanan adalah sebuah sikap yang ganjil jika ditilik dari kecenderungan banyak orang yang justru sedang memburunya.
Apa yang terbersit dalam pikiran beliau atas keputusan ekstrem itu. Apakah di setiap jaman memang selalu ada orang yang diloloskan Tuhan dari kecenderungan umum? Membaca sejarah Beliau, saya seperti sedang berpapasan di tengah jalan. Saya dan jutaan orang sedang menuju ke suatu arah, sementara beliau sedang menuju arah sebaliknya.
Padahal kita sedang mengejar sesuatu yang sama, yaitu bahagia. Perbedaan arah itu pasti akibat dari ketidaksamaan dalam memprasangkai kebahagiaan. Puluhan abad silam ada juga fenomena semacam itu. Sebutlah kisah Sidharta Gautama. Tokoh yang juga pergi dari kemewahan istana demi melepaskan diri dari penderitaan.
Pengetahuan dan keyakinan semacam ini tentu berbeda dari kebanyakan orang. Bukankah orang lain justru berpikir bahwa cara menyudahi penderitaan adalah dengan masuk ke istana?
Bahkan Nabi Muhammad SAW memilh menjadi jelata ketika Tuhan menawarinya menjadi raja yang berkuasa. Lebih dari itu, dalam sebuah hadits sahih disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah berdoa, “Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, dan matikanlah aku dalam keadaan miskin, dan kumpulkanlah aku (pada hari kiamat) dalam rombongan orang-orang miskin.”
Apa yang sedang terjadi dalam kebudayaan kita hari ini? Seluruh simbol-simbol hidup kita adalah sesuatu yang sama sekali berbeda dengan sikap yang dipilih oleh para tokoh di atas.
Atau jangan-jangan fenomena dan peragaaan ideal tersebut hanya sebatas hiasan-hiasan di di dalam imaginasi keagamaan kita? Selebihnya kita selalu berusaha menghibur diri dengan kredo klasik, bahwa kita hanya orang awam yang boleh tidak sama seperti mereka. (Agus Sukoco)