Akan hingga berapa lama keadaan ini berlangsung? Mas Sabrang mengajak kita memandang Pandemi yang menjadi krisis kesehatan global hari ini tidak menyepadankannya dengan gempa di mana, atau gunung apa meletus.
Para ahli memiliki pendapat yang berbeda-beda. Ada yang mengatakan september tahun ini keadaan akan mereda. Negara tetangga resmi menutup bandara hingga 18 bulan lagi. Ada penelitian yang memberi ancer-ancer optimistik di 2022 dan pesimistiknya keadaan tidak stabil ini masih akan berlangsung hingga 2025.
Sebagai momentum perubahan, Memandang pandemi ini proyeksi ke depan harus jauh, masih kata Mas Sabrang, kuda-kudanya bukan kapan ini akan berakhir dan beraktivitas normal lagi. Akan tetapi, dalam pembacaan keadaan seperti hari ini, bagaimana kita selekas-lekasnya menemukan keseimbangan baru di dalam cara menjalani hidup.
Beberapa pengamat menilai keadaan sulit untuk kembali seperti semula. Yang akan lahir adalah sebuah new-normal. Di dunia usaha misalnya, di masa depan akan semakin dihitung bagaimana meminimalisir penggunaan manusia. Mesin-mesin otomatisasi akan lebih banyak digunakan. Pun, demikian dalam hal penggunaan teknologi informasi. Pekerjaan remote akan menjadi lebih familiar.
Sebelum online learning menjadi mendadak memasal seperti hari ini, rasa-rasanya tidak afdol kalau workshop dan seminar kok tidak bertemu muka. Akan tetapi, hari ini banyak orang sudah adaptif dengan platform belajar digital dan virtual forum.
Sebelum penularan wabah human to human menjadi kewaspadaan tingkat tinggi, usaha pengolahan makanan tak apa memakai manusia, asal memakai sarung tangan dan kap kepala. Tetapi kalau mesin-mesin robot industri nanti dihadirkan lebih massal sehingga harganya lebih banyak pelaku usaha yang sanggup membeli, kenapa tidak memakai mesin dan robot.
Internet hari ini meningkat kebutuhannya. Meski pemerintah ‘loading lambat’ dalam hal bansos berupa internet murah sebab bansos berupa beras sembako murah saja masih keteteran, kelak, mata publik akan melotot jika provider internet tidak mewajarkan harga jualan paket data internet mereka. Provider internet tertentu sekarang menjual paket data masih dengan harga niche market, lambat laun pemerintah semestinya segera menyentilnya supaya menjadi harga obral market.
Menuju tatanan new-normal yang masing-masing kita masih meraba-raba wujudnya itu, kita mulai nyicil untuk menanggalkan romantisme menolak rasa begah atas keadaan inginnya semua kembali seperti semula. Yang lebih memberdayakan adalah lupakan keadaan semula dari kenangan masa lalu itu, move on untuk menyambut keadaan yang baru.
Syukur-syukur apabila kita ikut andil menjadi pembentuk keadaan keseimbangan cara hidup yang baru itu. (Rizky D. Rahmawan)