Kalau kebutuhannya adalah menyalurkan hobi, daripada datang duduk melingkar di pendopo yang dikepung pagar keliling, sepertinya yang lebih asyik itu nongkrong di pantai sambil memancing ikan. Kalau kebutuhannya adalah menonton talkshow, apa kalah menarik itu Om Dedi corbuzer, Mbak Merry Riana, Kak Raditya Dhika, dan Tante Najwa Shihab? Kalau kebutuhannya adalah mencari teman melek mbengi, apa nggak lebih asyik di pos ronda, bisa sambal teplek atau setidaknya main catur.
Jadi apa motivasi orang kok datang dan berulang datang ke pendopo ini setiap bulan? Sampai-sampai bahkan saya mendapati beberapa orang mengunggah poster dengan caption: counting down; tak sabar menunggu waktunya Juguran Syafaat tiba.
Kalau saya menerka, duduk, diam dan bereaksinya ekspresi demi ekspresi wajah, lalu beberapa melontar respon atau sekedar sharing sembari yang lain menyimaknya hanya menjadi hal yang menyenangkan apabila seseorang telah di tempat yang ia merasa nyaman. Rasa nyaman sendiri bisa didapat ketika di sebuah forum orang-orangnya saling mengamankan satu sama lain. Suasananya pun menadi mendukung untuk sebuah kondisi yang meditatif. Suasana yang menentramkan.
Yang terjadi di sini jelas bukan bentuk yang sudah sempurna. Sebatas upaya untuk menemukan formula meditasi atau semedi di jaman now, jaman yang makin riuh, gaduh, tidak karuan. Itu sih baru terkaan saya saja.
Meditasi yang saya pahami bentuknya tidak selalu duduk, diam dan memaksakan konsentrasi. Meditasi adalah harmonisasi suara2 batin yang sangat banyak. Dan itu terjadi ketika hati dibuat seimbang oleh suasana yang tentram, pikiran duniawi yang nyaman sejenak disemelehkan, ambisi-ambisi berlebih yang rela diredam, pokoknya semrawutnya jiwa ditaruh dulu sementara.
Lepas dari apapun motivasi mereka, mari kita menikmati kondisi meditatif yang tentram dalam gaya kita masing-masing.[] Rizky D. Rahmawan