Bagi orang pada generasi kakek-nenek dan bapak-ibu kita, setiap profesi pekerjaan adalah bernilai olahraga. Penderes membutuhkan aktivitas fisik, guru sekalipun dituntut banyak jalan kaki. Oleh karenanya, bisnis fitnes tidak marak seperti hari ini.
Pada era itu pula, kegiatan kesenian masyarakat bermuatan toriqoh. Orang berkesenian dalam rangka menempa diri, sebagai proses tirakat atau riyadhoh. Sehingga ada atau tidak ada panggung, pertunjukkan kesenian dikerjakan dengan penuh totalitas.
Pantas saja hari ini hidup kita terasa begitu repot kekurangan waktu, sebab disamping harus mengerjakan profesi mencari uang, kita masih harus melakukan olahraga. Sebab mengerjakan kesenian sebatas misi aktualisasi diri atau sekedar hoby, sehingga masih membutuhkan ikut di dalam majelis toriqoh.
(Diolah dari: Agus Sukoco)