Apa yang kita kenali selama ini sebagai diri kita sebetulnya bukanlah diri kita yang sesungguhnya. Yang kita kenali itu sebetulnya hanyalah alat bagi diri kita.
Alat apa saja yang digunakan oleh bukan pemiliknya maka kemungkinannya adalah riskan untuk rusak. Kalaupun tidak, dalam penggunaannya tidak maksimal.
Dalam pengertian tersebut, pasrah sesungguhnya adalah proses penyerahan sepenuhnya alat, baik itu berupa badan serta rasa yang ada dalam diri kita kepada pemiliknya, yakni diri kita.
Dengan kata lain, mengembalikan alat bagi diri kita yang selama ini kita prasangkai sebagai diri kita kepada diri kita sesungguhnya.
(Diolah dari: Agus Sukoco)