Hakikatnya Tuhan tidak tega menurunkan kita ke bumi. Analoginya adalah orang tua yang mengirim anaknya untuk melanjutkan sekolah di pesantren yang jauh.
Apa dikira orang tua tega? Orang tua tidak tega, tetapi harus tetap dilakukan. Demi sebuah misi bagi kebaikan anaknya.
Rasa tidak tega itu kemudian membuat orang tua berpesan banyak hal sebelum kita berangkat. Bahkan ketika sudah di bumi Tuhan masih saja dengan ‘cerewet’-nya memberikan pesan-pesan wejangan.
Semua itu berasal dari rasa tidak tega-Nya. Sepertihalnya orang tua yang tidak tega anaknya berangkat mondok, lalu cerewet berpesan ini itu banyak sekali.
Bahkan Dia menurunkan utusan untuk ‘menjenguk’ kita. Muhammad sebagai utusan-Nya untuk menjumpai kita di bumi, yang nomor satu adalah merepresentasikan ketidaktegaan.
Para ustadz yang menyimpang, bukan menyampaikan pesan-pesan dengan penuh rasa ketidaktegaan, tetapi malah sebaliknya, misalnya: “Kerjakan ini, kalau tidak Tuhan marah”.
(Diolah dari: Agus Sukoco)