“Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda-gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia…” (QS. Al-An’am: 70)
Sampai hari ini sudah tak kurang-kurang Maiyah menyayangi Indonesia. Dan masih tersedia berlaut-laut cinta dan ilmu untuk lebih menyayanginya. Tetapi tanah Indonesia tidak merekah oleh biji cinta Maiyah yang ditanam padanya.
Maka mulai bakda Idulfitri 1438 H Jamaah Maiyah mengkonsentrasikan hidupnya yang primer-wajib ke dalam dirinya, keluarga masing-masing dan jaringan persaudaraan Maiyah. Yang sekunder-sunnah untuk luar Maiyah: Ummat Islam, Bangsa dan Negara Indonesia, dan ummat manusia.
Secara lebih lengkap latar belakang dan proses sebab akibat kenapa Haluan ini diambil, secara simultan dicari, dirembug, dan ditemukan oleh Jamaah Maiyah, serta diungkap oleh Redaktur Maiyah sesudah menggalinya dari Marja’ Maiyah.
Primer-Wajib:
Dengan bekal ilmu, pengetahuan dan pengalaman bermaiyah, Jamaah Maiyah memastikan penghidupan ekonomi diri dan keluarganya masing-masing. Mengambil keputusan tentang apa yang dipilih untuk dikerjakan dan diperjuangkannya, demi memastikan “wala tansa nashibaka minad-dunya“.
Jamaah Maiyah yang sudah stabil dengan pijakan penghidupannya bersama keluarganya, merintis peningkatan daya penghidupan itu, mempermatang kemampuan keusahaannya, merajut sinergi sesama Jamaah Maiyah, melebarkan jangkauannya, menaikkan kadarnya, memperkuat akarnya serta memperlebat pembuahannya.
Jamaah Maiyah memacu “wala tansa nashibaka minad-dunya“, memperluas dan memperkaya wilayah-wilayah ijtihad keusahaannya, kreativitas produktifnya, inovasi dan invensinya, berakar dan berpijak pada fadhilah atau bakat atau kecenderungan masing-masing.
Tidak ada batas bagi ijtihad usaha itu: tanah, logam, bunyi, huruf, angin, energi, maya, rupa, dan segala kemungkinan rezeki dari Allah. Termasuk memaiyahkan kekayaannya, harta bendanya, energi dan spirit rohaniahnya.
“Wala tansa nashibaka minad-dunya” Jamaah Maiyah dimaksimalkan sampai tingkat setinggi dan seluas apapun, sampai kemungkinan mencipratkan atau melimpahkan manfaat bagi masyarakat sekitar, ummat, bangsa dan Negara Indonesia maupun Dunia. Tetapi tetap meletakkannya di dalam niat primer-wajib “atakallahud darol akhirah” dengan konsentrasi wajib mengolah kesuburan Kebun Maiyah.
Sekunder-Sunnah:
Jamaah Maiyah di setiap titik dan lingkaran:
- Mempersiapkan tradisi Wirid Kesuburan Kebun Maiyah.
- Menjajaki ketersediaan “Pasukan Tahlukah” untuk mobilisasi “Hizib Wabal”.
- “Memperbanyak Kekasih Allah”.
- Menginvestasi butir-butir emas berlian mutiara yang Allah memfadhilahkannya hanya di Maiyah.
Muhammad Ainun Nadjib
17 Juli 2017
Sumber : https://www.caknun.com/2017/bertanam-kesuburan-di-kebun-kebun-maiyah/