Materi Khutbah Edisi Jumat Pon, 20 Oktober 2017
Jamaah Jum’ah rohimakumullah,
Syukur alhamdulillah senantiasa kita haturkan kpd Allah swt. Di mana hingga detik ini kita sekalian masih diberi kenikmatan sehingga dpt memenuhi panggilan sholat jumat pada siang hari ini dlm keadaan sehat, ditengah keadaan dimana pada penghujung bulan Muharram atau orang Jawa menyebutnya dg bulan Sura ini banyak saudara, kerabat, tetangga di kanan kiri kita banyak yg diberi cobaan, baik cobaan berupa sakit dan lain sebagainya.
Dan kita berdoa semoga saudara, kerabat, tetangga kita diberi kekuatan dan kesabaran dlm melewati cobaan demi cobaan. Shalawat salam kepada junjungan kita, panutan dan Imam kita, Kanjeng Nabi Muhammad SAW, yang senantiasa kita harapkan syafaatnya baik selama di dunia hingga akhirat nanti.
Jamaah Jum’ah,
Bulan Muharram atau bulan Sura kata orang Jawa adalah penanda awal tahun baru Hijriah. Tahun kalendernya orang Islam. Kata Sura sesungguhnya berasal dr kata Asyura yaitu nama sebuah hari yaitu tanggal 10 Muharram. Di mana pada hari itu terjadi peristiwa besar dalam tragedi keluarga Kanjeng Nabi, yaitu salah satu cucu kembar atau putra dari Ali Bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra yakni Imam Husain dipenggal dan kepalanya di arak ramai-ramai dan menjadi tontonan sejauh 21 km oleh khalifah Yazid bin Muaiwiyah.
Dan peristiwa itu juga sekaligus sebagai penanda akhir dari pemerintahan Khulafaur Rasyidin. Sesuai Hadist Kanjeng Nabi bahwa Khulafaur Rasyidin tidak lebih berumur 30 tahun.
Peristiwa itu tentu menjadi sebuah peristiwa paling menyedihkan dalam perjalanan kita sebagai umat Islam. Imam Husain, cucu kesayangan dari Rasulullah SAW, panutan dan Imamnya umat manusia rela mengorbankan diri demi menghindari dan meredam peperangan perebutan kekuasaan pada saat itu tetapi tidak terhindar dari peristiwa aniaya.
Dan atas peristiwa kepahlawanan dari Imam Husain itu, setiap umat Islam di segenap penjuru dunia memperingati terhadap hari yang sangat menyedihkan ini. Tentu berbeda-beda ungkapan sedih dan berkabungnya, ada yg memperingati sebagai hari berkabungnya umat Islam seperti di Iran, di Karbala, mereka melakukan drama menyakiti diri sendiri sebagai ungkapan sedih dan dalam rangka ikut merasakan sakit sebagaimana sakitnya Imam Husain. Imam Husain sungguh telah mengorbankan dirinya atas kebengisan dari Khalifah Muawiyah, akhlaknya umat terhadap cucu dari panutannya yaitu Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Jamaah Jum’ah,
Tidak berbeda dengan kita sebagai orang Jawa, ungkapan kesedihan dalam memperingati hari paling berkabung atas cucu Kanjeng Nabi ini bukan hanya tanggal 10 Muharram saja yang kita sebut sebagai Asyura, melainkan sepanjang bulan Muharram kita bertaffakur sehingga kita sebut bulan ini dg bulan sura atau bulan Asyura. Kita tidak rela hati, tidak tega di bulan ini membuat pesta, hajatan atau acara apapun yang nuansanya kebahagiaan.
Keluarga Nabi sedang berkabung kok kita sebagai umatnya malah berpesta pora, sedang kalau tetangga sebelah kita sedang ditimpa musibah saja masa kita tega membuat pesta, nanggap dangdutan keras-keras dan berhura-hura ria.
Ini tentu akhlak. Ini tentang moral sebagai seorang umat. Tidak ada dalil atau hadistnya. Maka kita kenal orang Jawa menghindari menyelenggarakan hajat pada bulan sura. Ora ilok alias tidak elok katanya.
Jamaah Jum’ah,
Khasanah Jawa terkenal dengan pesan-pesan moral yg mampu di ramu dg baik dan penuh piwulang, maka Khotib dan kita sekalian patut bangga dilahirkan dengan darah orang Jawa.
Orang Jawa menyematkan nama penyangga pintu dengan sebutan kusen, kusenan. Kata kusen adalah simbol dari nama Imam Husain dengan dialek Bahasa Jawa di mana sebagai penyangga pintu. Kalau tidak ada kusenan maka pintu tidak bisa tegak berdiri, sedang nama pintu sebagai jalan untuk kita bisa masuk ke dalam ruangan atau rumah. Pintu adalah simbol dari Ali bin Abi Thalib sesuai hadist Nabi :
“Aku adalah kota ilmu dan Ali adalah pintunya dan siapa yang hendak memasuki kota itu hendaklah melalui pintunya”
[HR Al-Hakim dan Ibnu Ma’in]
Melalui kecerdasan Imam Ali lah banyak ilmu Rasulullah terjelaskan melalui hadist-hadist periwayatan. Dan melalui Imam Ali bersama putri kesayangan Fatimah Az-Zahra lah keturunan Rasulullah bisa diturunkan hingga sekarang yang kita kenal sebagai para Habaib.
Jamaah Jum’ah,
Sedemikian apiknya, orang jawa membuat sanepan penuh piwulang. Maka apabila ada yg njawal dengan mengatakan bahwa bulan Sura itu sama saja, sebab semua hari atau bulan itu baik, maka orang itu berarti tidak memahami piwulang tentang apa itu ora ilok.
Khotib setuju bahwa semua hari itu baik, seperti halnya Allah menciptakan semua jenis kayu, tentu semua jenis kayu itu baik. Namun, ketika kita akan membangun rumah misalnya, tentu jenis-jenis kayu yang semuanya baik itu pasti terlebih dahulu dipilah-pilah, mana yang pas untuk tiang, mana kayu yang kokoh untuk penglari, mana kayu yg cocok untuk usuk, reng dan lain sebagainya. Kalau salah perhitungan, tiang menggunakan kayu alba sementara usuk menggunakan kayu yg keras, maka siap-siaplah rumah ambruk dalam waktu yang tidak begitu lama.
Begitupun dengan hari, tentu semua hari itu baik, tetapi mana yang paling tepat untuk keperluan menyelenggarakan hajat dan mana yg kurang tepat tentu ada perhitungan.
Jamaah Jum’ah,
Dalam memaknai segala hal tdk bisa kita hanya mengandalkan dalil, fiqih, atau hukum saja. Tetapi ada tingkatan lain di atasnya yaitu akhlak atau moral. Meskipun tidak ada dalil, selama tidak berseberangan dengan prinsip-prinsip fikih maka akhlak bisa menjadi acuan sikap. Fiqh itu mengajarkan benar dan salah, sedangkan akhlak itu mengajarkan tentang baik dan buruk, termasuk ilok dan ora ilok.
Dan atas semua itu semoga kita mampu meramu fiqh dan akhlak dengan baik. Hingga pada akhirnya semoga kita mampu memahami tingkatan paling puncak dalam setiap sikap kita yaitu tingkatan taqwa. Karena sebaik-baik manusia adalah yang paling bertaqwa. Sikap dan pertimbangan tingkah lakunya dengan pertimbangan taqwa. Sikap dan pertimbangan tingkah lakunya sejalan dengan apa yang Allah kehendaki.
Dan semoga tahap demi tahap kita diberi kemampuan dan dituntun lewat hidayahnya Allah SWT.
Amiiin Amiin.. Ya Robbal ‘Alamiin.[]