Kalau yang disebut BERHASIL adalah berolehnya laba, terraupnya untung, maka GAGAL adalah sebuah hal yang menakutkan. Karena gagal dianggap hal yang menakutkan, maka para motivator bisnis mempunyai anjuran ‘Berani Gagal!’.
Mengubah diri dari takut gagal menjadi berani gagal adalah sebuah revolusi mental. Butuh afirmasi, kalau afirmasi tidak cukup, ya butuh dinekat-nekatkan. The power of nekat.
Nyatanya laba dan rugi adalah kemungkinan yang mungkin terjadi. Mau diafirmasi seperti apapun, kalau kalkulasi meleset, rugi yang terjadi. Sudah nekat sekalipun, kalau hitungannya tidak masuk, ya laba tak didapat.
Dua kemungkinan itu adalah keniscayaan yang tidak bisa dielakkan. Maka kalau kita bertanya tentang success story seseorang, ‘sukses’ yang ia dapat adalah sepucuk gunung es sementara tersembungi gumpalan ‘kegagalan’ yang lebih besar.
Maka betapa mengerikannya dualitas sukses dan gagal kalau yang dipahami seperti itu adanya. Karena untuk mendapat sepucuk ‘sukses’ kita harus menenggak sebongkah ‘kegagalan’ yang jauh lebih besar ukurannya terlebih dahulu.
Bukan hanya mental, tetapi juga cara berpikir kita tentang sukses dan kegagalan juga harus direvolusi. Bahwa sukses itu bukan hanya saat kita mendapat laba. Bertambahnya jam terbang kita dalam bisnis itu juga berarti sukses. Sebab di dalam bertambahnya jam terbang, itu juga berarti bertambah pengalaman, mungkin bertambah pula jejaring, bertambah bahan evaluasi. Artinya, kita sukses meningkatkan kapasitas diri.
Maka bagi seorang pembelajar, gagal itu mustahil. Sebab apapun kondisinya, selalu mendapat laba ilmu yang semakin meningkatkan kapasitas dirinya. [] Rizky Dwi Rahmawan