MUQADIMAH JUGURAN SYAFAAT JUNI 2016
Ada satu jenis alat komunikasi yang diwariskan leluhur kepada kita, alat itu bernama kenthong. Jangan dulu terburu-buru menganggap kenthong itu alat yang tidak canggih, jika sebab kenthong hanya sekedar sebuah alat yang terbuat dari bambu atau kayu, yang dalam proses pembuatannya tidak membutuhkan mesin apapun, juga di dalamnya tidak ditanami chip atau sejenisnya. Sebagai sebuah media komunikasi sosial yang berada di tengah-tengah masyarakat, kecanggihan kenthong terletak pada betapa simple pengoperasiannya, tetapi betapa akurat fungsi dan integritas informasinya. Kodifikasi ‘Siji-siji rajapati, loro-loro ana maling, telu-telu umah kobong’ menjadi hafalan di luar kepala oleh masyarakat, bahkan oleh mereka yang masih kanak-kanak.
Integritas media informasi bernama kenthong terlihat dari jelas penabuhnya, jelas siapa sumber beritanya. Hal ini berbeda dengan media pemberitaan modern, surat kabar dan portal berita online misalnya, sekalipun dihasilkan dari mesin cetak dan mesin berbasis teknologi informasi yang canggih, tetapi semakin canggih semua itu, semakin pelik kita dalam merunut integritas informasi yang dihasilkan. Seringkali kita tidak pernah benar-benar tahu siapa dibalik meja redaksi. Mendeteksi apa kepentingan sebuah informasi di blow up sedemikian rupa, di saat yang sama informasi lainnya dikabarkan sekadarnya, sementara informasi lainnya lagi disepikan dari pemberitaan. Pengenalan kita pada wajah para presenter yang membawakan berita, juga hafalnya kita pada suara narator di balik tayangan-tayangan tidak menjadi jaminan apa-apa bahwa kita sedang benar-benar diinformasii sesuatu oleh pihak yang sedang tulus memberi informasi.
Menemukan maksud yang sesungguhnya dari sebuah berita yang sampai pada kita adalah pekerjaan yang amat penting. Pekerjaan melelahkan yang seringkali lebih kita pilih untuk ditinggalkan, karena tak sabar ingin segera men-share membagikannya. Sementara itu, segala kemungkinan bisa saja terjadi, apakah yang sedang terjadi adalah pengalihan isu atau kah sebuah reaksi alamiah. Apakah sebuah informasi itu early warning betul-betul bagi masyarakat atau kah jangan-jangan akal bulus konspirasi. Apakah merupakan penggiringan opini, atau kah memang benar-benar indikator kesehatan nalar publik.
Pekan demi pekan berita silih berganti, bulan demi bulan informasi terus bertumpuk. Sebagian menjadi rumor yang meledak seperti ranjau dan kemudian kita termakan olehnya. Sementara sebagian lainnya menjadi isu yang kemudian kempes dengan sendirinya, pessss… persis seperti kentut.[] RedJS