Dimulai sejak Demak, Islam telah menginspirasi Bangsa Nusantara dalam membangun tatanan hidup. Kemudian Pajang, dilanjutkan Mataram, lalu NKRI tahun 1945 hingga hari ini. Benih nilai langit bernama Islam bertemu dengan tanah subur ‘jiwa’ Bangsa Nusantara telah melahirkan peradaban bernama Demak, Pajang, Mataram Islam dan NKRI. Transisi dan transformasi peradaban dari Demak hingga NKRI tentu sebuah dinamika yang tidak lepas dari berbagai keterpengaruhan.
Seandainya tokoh utama masing-masing fase sejarah itu bisa di undang kembali untuk berdiskusi. Raden Patah dan Wali Sanga mewakili Demak, Hadiwijaya/ Jaka Tingkir mewakili Pajang, Sutawijaya/ Panembahan Senopati, Ki Ageng Pamanahan, dan Ki Juru Mertani mewakili Mataram, Bung Karno, Bung Hatta, KH Hasyim Asy’ari mewakili NKRI. Beliau-beliau kita mohon untuk berdiskusi, sementara seluruh tokoh yang hari ini berperan, dari pemimpin formal maupun informal jangan ikut berdiskusi karena terbukti hanya sibuk untuk bertengkar dan gaduh. Transformasi dari Demak hingga NKRI mungkin bisa kita tahu letak kekurangan dan kelebihannya melalui beliau-beliau.
Sesekali mungkin kita butuh melancong ke alam imajinasi sejarah semacam ini agar siapapun kita hari ini tidak terlalu ‘GR’ merasa paling hebat dan berhak atas Republik ini. Apalagi ada orang, kelompok, golongan dan penganut paham yang sama-sekali tidak memiliki ‘tali’ nilai dengan proses panjang sejarah perjalanan Bangsa Nusantara tetapi sedang paling ‘petatang-peteteng’ di atas panggung.
Ini tanah kami, ini rumah kami, ini wilayah yang dititipkan Tuhan kepada kami Bangsa Nusantara. Siapakah kamu, tiba-tiba datang tanpa etika masuk ke kamar kami, menyantap dengan rakus hidangan di meja makan tanpa sisa sambil membawa ribuan orang dari kampungmu untuk ikut mengambil barang-barang warisan nenek moyang kami.[] Agus Sukoco