Apa iya semua hal harus dilembagakan, diorganisasikan? Betulkah kafir itu adalah sebuah lembaga, dan muslim adalah lembaga selainnya?
Kafir secara harfiah berarti orang yang menyembunyikan atau mengingkari kebenaran. Asal-usul kata kafir lekat dengan kegiatan para petani yang menanam benih dengan cara menutupkan tanah. Sehingga kafir memiliki implikasi makna dengan ‘seorang yang bersembunyi atau menutupi diri’.
Lebih jauh bila kita mempelajari, kata kafir sebetulnya tidak bisa berdiri sendiri. Yang ada adalah ‘kafir terhadap’. Kafir terhadap nikmat Allah, disebut kufur nikmat. Kafir terhadap tauhid, kafir terhadap ilmu. Dan seterusnya.
Muslim pun demikian. Muslim berakar dari kata aslama-yuslimu-islaman, ia bermakna ‘Untuk menerima, menyerah atau tunduk’. Kepada siapa kita berserah, berserah terhadap Allah, atau berserah kepada selain-Nya?
Hendaknya memang kita tidak menjadi tong berbunyi nyaring sebab karena kosong. Tidak menjadi bagian yang mengata-ngatai seseorang kafir tidak pula mengklaim diri secara arogan mentang-mentang muslim.
Apakah ketika kita melihat seseorang sedang meninju, lantas dengan serta merta orang itu benar kita sebut sebagai seorang petinju? Apakah ketika melihat seseorang sedang menutup diri dari kebenaran, ia pasti permanen menutup diri? Apakah ketika sedang melihat seseorang berpasrah diri kepada Allah, kepasarahan atau muslimnya orang tersebut itu permanen? [] RedJS