Sekumpulan anak muda sedang pergi berlibur ke sebuah tempat. Di tengah perjalanan barulah teringat, ada salah seorang dari mereka yang tidak ikut, karena kelupaan tidak diajak. Padahal bagi seorang yang kelupaan diajak itu, tempat yang sedang dituju oleh kawan-kawannya itu adalah tempat yang sedang sangat dia idam-idamkan untuk bisa datang kesana.
Lalu, seorang diantara mereka mengirim pesan meminta maaf. Yang intinya mereka meminta maaf karena berangkat liburan tidak mengajaknya. Lalu dibalaslah pesan itu, “Oya, tidak apa-apa”.
Lalu pesan balasan itu pun dibaca semuanya. Seorang diantara mereka mengelus dada, “Wah, syukurlah ternyata tidak apa-apa”. Lalu seorang lainnya angkat bicara dengan nada tinggi berpendapat berbeda, “Tidak apa-apa bagaimana?” Diantara merekapun akhirnya berdebat panjang tentang tafsir pesan balasan yang berbunyi “Oya, tidak apa-apa” itu.
Tidak apa-apa bisa berarti memang benar-benar tidak apa-apa tapi juga bisa berarti sebaliknya. Tergantung, si pembaca pesan mengenal sifat si pembuat pesan atau tidak. Dia tidak tahu saja, seorang yang ditinggalkan itu orang yang gampang jengkel, dan kalau jengkel bukannya diungkapkan, tetapi malah ditutup-tutupi.
Berbeda-beda tingkat pengenalan makhluk kepada Tuhan, itu yang membuat tafsir atas maksud yang terkandung di dalam setiap firman, ngendika, ucapan, kalam Tuhan berbeda-beda. []RedJS