Ramadhan adalah bulan yang Istimewa. Di bulan Ramadhan kita menjadi lebih mampu mengambil jarak dengan diri sendiri. Yakni dengan cara menghadirkan kekhusyukan bersama Al-Kholiq, hanya ada Dia dan diri kita saja. Dengan begitu, kita akan lebih dapat menyadari bila ternyata ada ‘kelainan’ yang menjadi sifat dari diri kita. Kelainan-kelainan yang mungkin selama ini tidak disadari. Karena bukan kelainan fisik, tetapi kelainan sifat, yakni kelainan diri yang tidak nampak.
Contoh kelainan yang tidak sadar dimiliki oleh kita misalnya adalah sifat lupa diri. Karena merasa memiliki kedudukan dan fasilitas lebih dari orang lain, kita menganggap kita yang paling benar. Padahal seharusnya, kita menyadari bahwa kedudukan dan fasilitas adalah pinjaman dari Allah, kita hanya nunut hidup. Kalau orang lupa diri dan lupa bahwa sebenarnya hanya nunut hidup, maka orang tersebut bisa berbuat semena-mena, meremehkan dan merugikan orang lain. Kelainan semacam itu dan kelainan lainnya ada karena kita larut dengan ego kita sendiri.
Selanjutnya di bulan Ramadhan kita bisa memperbaiki kelainan-kelainan tersebut. Caranya adalah dengan bagaimana di bulan Ramadhan ini kita berusaha bersikap lebih tegas kepada diri sendiri. Lebih tegas terhadap ego kita sendiri. Lebih tegas terhadap keinginan-keinginan yang muncul dari dalam diri. Dimana hal itu dapat menyeret kita berbuat kesalahan. Baik kesalahan kepada Allah maupun kesalahan kepada sesama kita.
Sehingga dengan begitu, bulan Ramadhan akan berguna bagi kita sebagai bulan penyembuhan, bulan yang menyehatkan jiwa kita. Sedangkan untuk kesalahan dan kekhilafan yang sudah terlanjur terjadi, di bulan Ramadhan kita buat diri ini lebih yakin atas kemurahan ampunan Allah. Sehingga kita bisa lebih sungguh-sungguh memohon ampun, sambil bertekad untuk memperbaiki kesalahan kita tersebut.
Karena seusngguhnya Allah Maha Pemberi Maaf, terlebih kepada mereka yang tulus ikhlas berpuasa, memohon ampunan dan menghidupkan malam-malam dengan ibadah pada bulan Ramadhan.[] Yulianto