“Juguran” adalah kata dalam Bahasa Banyumas yang memiliki arti umum yakni forum pertemuan. Ciri sebuah forum pertemuan dapat disebut sebagai Juguan menurut seniman kawakan Banyumas Bpk Titut Edy haruslah memenuhi minimal tiga unsur : Dilakukan di luar rumah sehingga relaks oleh sepoi angin, adanya penyambungan hati satu sama lain serta adanya kebahagiaan.
Sayangnya kita tidak akrab dengan formula pertemuan ala budaya kita sendiri, kita akrabnya hanya dengan seminar, lokakarya, diskusi panel, FGD dan format-format pertemuan impor lainnya. Maka tak heran orang yang terpaksa harus terlibat dalam format-format pertemuan itu tidak menyerap materi secara maksimal, pulang tidak mendapatkan apa-apa, harus menahan kantuk setengah mati, bunuh diri hingga mati gaya.
Produk budaya, salah satunya juguran adalah hasil riset atau ijtihad nenek moyang kita yang lebih terjamin kompatibilitasnya untuk kita. Ketika kita terjebak budaya ikut-ikutan Barat, mabok Timur Tengah sebagai peradaban kita berpotensi bunuh diri dan mati atau minimal potensialitas kebesaran kita menjadi tereduksi.
Televisi kita adopsi habis-habisan, politik etis kita lestarikan walau ganti nama jadi CSR, kapan kita akan memulai memakai formula kita sendiri. Kalau tak jua dimulai, mungkinkah generasi kita menghasilkan produk yang bisa diwariskan? Kalau tidak ada produk yang bisa diwariskan, pantaskah generasi kita ini disebut peradaban? . [] RedJS