Hal Wilayah Aman

Kenapa sejak 2 hari yang lalu saya tekankan jarak 4 km dan seterusnya dari puncak, kemudian pengungsi pindah turun lagi seterusnya dan kini 20 km dari puncak Merapi — agar kita tahu bahwa:

  1. Ilmu dan teknologi manusia tidak mampu menjangkau kepastian kapan Merapi menyembur, seberapa besar muntahannya, wedus gembelataukah lahar atau debu, berapa jauh jangkauannya.
  2. Jadi statemen “mbah Marijan tidak mau turun” itu tak ada dasar rasionalnya: kita berdiri pada KM berapa dari puncak Merapi untuk disebut sudah turun atau belum turun?
  3. Letusan terbesar yang membawa korban nyawa mbah Marijan dan lain-lain itu justru terjadi ketika Seismograf tenang. Terasa sekarang kenapa mbah Marijan selalu meletakkan diri sebagai “wong bodo” sedangkan Pemerintah itu “wong pinter”Sowong bodo mati karena tidak ada kepastian ilmu dari wong pinter.
  4. Ciamis Purwokerto dan lain-lain kena taburan debu, sementara Yogya udara bersih sampai menjelang sore, kemudian hujan sampai sekarang membersihkan debu kemarin lusa. Tapi Pemerintah dan siapapun jangan bilang Yogya wilayah aman, kecuali menyampaikan kabar legal dari Wali Penyangga Arasy.

Sumber : https://www.caknun.com/2010/hal-wilayah-aman/

Perlawanan Badar

Maiyah adalah di mana saja kita berada, di rumah, di tempat bekerja, di rumah ibadah maupun di pasar, di jalan dan di manapun saja, selalu kita bersama Allah dan Rasulullah. Kapan saja kita sadar maupun tidur, di pagi hari, siang sore atau malam hari selalu kita bersama Allah dan Rasulullah.

Maiyah adalah membangun perlawanan badar yang sabar dan berilmu matang terhadap segala tindakan membangun rumah-rumah yang menjauhkan manusia dari Allah dan Rasulullah, terhadap konsep pasar dunia yang menyepelekan Allah, terhadap managemen penataan kehidupan yang mendhalimi Allah dan Rasulullah.

Maiyah adalah dengan siapapun saja kita berada dengan keluarga, dengan teman, dengan masyarakat, bahkan ketika kita sedang berada di tengah makhluk-makhluk Allah yang memusuhi kita selalu kita bersama Allah dan Rasulullah.

Maiyah adalah perlawanan badar yang sabar dan berilmu matang terhadap segala kekuasaan yang tidak menghadirkan Allah dan Rasulullah di dalam bangunan keluarga-keluarga manusia, di dalam peta pergaulan masyarakat.

Maiyah adalah apapun yang kita alami kegembiraan atau kesedihan, kekayaan atau kemiskinan, kesepian atau tidak kesepian, di kesunyian atau di keramaian, dalam keadaan sehat atau sakit, dalam kekalahan atau kemenangan selalu kita bersama Allah dan Rasulullah.

Maiyah adalah perlawanan badar yang sabar dan berilmu matang terhadap segala macam sistem dan ideologi kehidupan yang membangun kesedihan manusia, yang memiskinkan manusia di tengah luasnya rahmat dan rizki Allah, yang mengucilkan kemanusiaan, yang menyakiti dan menyakitkan manusia, yang memenangkan energi setan dan menindas Rahman Rahim Allah di dalam bangunan negeri dan negara manusia.

Maiyah adalah apapun sebab-sebab dari kehidupan yang menimpa kita ketika dijunjung atau dicaci, ketika dipuji atau dihinakan, ketika ditemani atau dikucilkan, ketika disayang atau tak diperdulikan, ketika disapa atau diacuhkan, ketika diberi atau dicuri akibatnya hanya satu: ialah selalu kita bersama Allah dan Rasulullah.

Maiyah adalah perlawanan badar yang sabar dan berilmu matang terhadap segala jenis kebudayaan, segala jenis benda tekhnologi, sastra dan lagu, kesenian dan kerajinan, berita dan hiburan yang menjunjung kebodohan dan mencaci ilmu, yang memuja kekonyolan dan melecehkan derajat manusia, yang membiayai besar-besaran kehinaan nilai, yang menghancurkan kehormatan, yang mencuri rahmat Allah.

Maiyah adalah apapun yang kita jumpai atau menjumpai kita — batu, air, langit, dedaunan, cahaya, kegelapan, kaca, keburaman, peristiwa, revolusi dan amuk, peluru, otoritas yang memalsukan kekuasaan Tuhan, angin, nafas dan seluruh badan kita sendiri — membawa kita untuk selalu bersama Allah dan Rasulullah.

Maiyah adalah perlawanan badar yang sabar dan berilmu matang terhadap segala bentuk kekuasaan dan pemerintahan yang memperlakukan alam dan kehidupan manusia untuk makar kepada kehendak suci Allah yang diinformasikan melalui Rasulullah. [] RedJS

Sumber : https://www.caknun.com/2010/perlawanan-badar/

Abadi Meyakini Wa’dullah dan Syafa’at Rasulullah

Untuk Jamaah Maiyah dari Kadipiro hari perenungan Sabat 6 November 2010

  1. Alhamdulillah kita semua bersyukur atas lewatnya Kamis dan Jumat 4-5 November 2010 di bawah ayoman rahman rahim Allah SWT. Mulai hari ini kita refresh iman kita lagi, bekerja maiyah lebih lanjut, “narju, nastaghits wa nuslim” kembali.
  2. Kita buka kembali edaran Maiyah Cinta Segitiga, kita baca, pilih dan kerjakan dengan lelaku jiwa semampu kita. Di waktu luang kita selami secara akal, firman-firman itu, wirid-wirid itu, doa-doa itu, urutan logikanya, peta konteks syafaatnya, kausalitas langit buminya, sangkandan parannya5W1H nya, patrap maiyahnya.
  3. Kita berhusnudzdzan dan meyakini kandungan cinta dan kekuatan firman Allah serta transfer frekwensi derita hati Badar Rasulullah SAW. Seluruh pekerjaan maiyah bertahun-tahun adalah pengharapan agar diterima untuk berada sepihak dengan Allah dan kekasihNya. Karena Ia memastikan “Aku tidak mengadzab mereka yang engkau Muhammad berada di antara mereka”.
  4. Kita lebih kecil dan lebih lemah dari sebutir debu Merapi, karena segala gunung adalah milikNya. Yang membuat gunung-gunung ketakutan dan lari terbirit-birit meninggalkan amukannya “khasyi’an mutashoddi’an”adalah “khosyyatillah”, Maha Supreme Kuasa Allah yang kita pegang teguh dalam Maiyah.
  5. Pasukan Badar Maiyah di telapak tangan kedahsyatan vulkanik Merapi dan puluhan gunung lainnya, di jepitan lempengan-lempengan tektonik yang bergerak-gerak, secara ilmu wadag dan ilmu katon tidak memiliki kemungkinan untuk “menang”. Tetapi kita teruskan tekad dan keyakinan Rasulullah SAW di medan Badar bahwa Allah akan menganugerahkan kemenangan, kasih sayang dan pertolongan. Karena semua prajurit Maiyah sudah menuntaskan keikhlasannya untuk “la ubali” atas apapun di dunia, asalkan “takun ‘alaina ghadhabun” Allah tidak murka kepada kita.
  6. Syukur yang mendalam kepada Allah dan terima kasih kepada Jamaah Maiyah, kantung-kantung Kadipiro, yang dengan tulus lelaku mewiridkannya dengan bersila sepenuh jiwa. Sekarang kita berangkat lagi menempuh maiyah, melewati dunia, menuju Allah.
  7. Semoga Allah mengizinkan dan mengayomi nanti malam atau kapan kita berkumpul di Kadipiro atau di manapun untuk:
    • Memahami kembali muatan Edaran itu dalam situasi Merapi dan irama Nusantara.
    • Memasuki ilmu dan wacana Maiyah untuk menemukan patrap/maqamat taqwa di tengah antara ketakutan dan keberanian.
    • Belajar kembali peta ilmu yang membuat kita bisa menentukan dan mengakurasikan takaran bahaya, serta menemukan momentum dan sebab musabab untuk bersyukur, dengan takaran yang setepat-tepatnya.
    • Mempetakan gelembung-gelembung tentang:
      • Mbah Petruk, Ki Blotok, Kiai Gringsing, Panembahan Sapujagat dll,
      • Perwujudan sumpah Sabdopalon Noyogenggong pada sirnaning Majapahit,
      • Kiai Semar nagih janji,
      • Angin laut dan titik serbu: Kraton Yogya, Gedung Agung.
      • Supremasi janji Allah tentang gunung berapi, logika dan peta Syafaat Rasul, konsentrasi lelaku Maiyah, dan “faltandzur nafsun ma qaddamat lighad”.

Sumber : https://www.caknun.com/2010/abadi-meyakini-wadullah-dan-syafaat-rasulullah/