Mukadimah: KAGUM KEPADA ORANG INDONESIA

“Kalau kita bilang, ‘negara kita sedang krisis’, itu semacam tawadlu’ sosial, suatu sikap yang menghindarkan diri dari sikap sombong. Kalau pemerintah kita terus berutang triliunan dolar, itu strategi agar kita disangka miskin. Itu taktik agar dunia meremehkan kita. Karena kita punya prinsip religius bahwa semakin kita direndahkan oleh manusia, semakin tinggi derajat kita dihadapan Allah. Semakin kita diperhinakan oleh manusia di bumi, semakin mulia posisi kita di langit.”

Kutipan di atas ditulis oleh Mbah Nun sebelum 2008. Jauh-jauh waktu sebelum era semakin volatil, uncertain, complex & ambigu kita diajak untuk membaca dan mereaksi segala sesuatu tidak kaku belaka, kognitif minded, saklek & cupet melainkan dengan cara berpikir dialektis. Membaca dan mereaksi fenomena bumi, dengan tidak meninggalkan semesta pandang langit adalah salah satu bentuk keluasan hati dan kelegaan berpikir yang mestinya kita upayakan setiap waktu.

Bersama-sama kita akan melingkar di Juguran Syafaat edisi ke-127 meng-helikopteri setiap fenomena, memilih pilihan memandang dan menyikapi yang lebih bermartabat, syukur-syukur layak untuk dikagumi.

Memomentumi Maulid Nabi Muhammad Bin Abdullah

Jangankan berlebihan mengagumi Nabi, merasa pas saja tidak berani. Semewah apapun kita menghunjukkan syukur kepada Nabi, tetaplah bernilai kurang, teramat kurang.

Malam hari ini sedulur Maiyah Purbalingga dan Banyumas berkumpul di selasar belakang di rumah Mas Agus Sukoco, di Sokawera, Purbalingga untuk memomentumi Maulid baginda agung, Muhammad bin Abdullah.

Semoga Sholawat senantiasa Allah curahkan kepada Beliau, dan semoga kita tergolong ke dalam bagian pertolongan dengan syafaat Beliau.

Sugeng Tindak Mas Amin Syaefudin

Telah mendahului kita sahabat kita, penggiat Maiyah Mas Amin Syaefudin. Rabu malam kamis jam 21.40 di RS Margono Purwokerto. Almarhum dimakamkan di Bulakan, Belik, Pemalang. Nampak dalam foto prosesi persemayaman dan sejumlah jamaah Maiyah yang turut bertakziah.

Akrab dengan sapaan Mas Amin Jinggring, almarhum berproses bersama-sama dalam lingkar mujahadah di Rumah Mas Agus Sukoco sejak awal-awal Juguran Syafaat terbentuk dahulu.

Berkarya di Koperasi Mutiara Maju Mapan (3M) Purbalingga. Semasa hidupnya Mas Amin terlibat dalam berbagai pendampingan petani budidaya. Tidak gegap gempita, tetapi kontribusi Mas Amin dalam paseduluran nyata adanya.

Ajaluna mahdudati
Wa liqauna fil jannati

Mukadimah: IKUT TIDAK LEMAH

Rezeki besar bagi tiap-tiap penggiat dan jamaah Juguran Syafaat adalah menemukan ruang tumbuhnya masing-masing. Setiap jengkal pemenuhan dan pertambahan kelengkapan hidupnya adalah gelimang syukur dalam berbagai bentuk dan formula wiridnya.

Tidak ada kewajiban apapun yang lebih tinggi melainkan kewajiban untuk bersyukur. Syukur yang bisa diungkapkan melalui tasbih ekspresi kebaikan, diantaranya dengan cara menggembirakan orang lain. Siapa tahu dengan gembira, orang lain itu akan lebih meningkat kadar kualitas dalam aksi olah hidupnya.

Hindari self-rejection yang berangkat dari perasaan ‘terwajibkan’ untuk kita melakukan kerja-kerja penguatan dan empowerment. Itu kewajiban LSM. Sudah banyak di luar sana.

Sekurang-kurangnya kita tidak sanggup melakukan kerja-kerja penguatan, minimalnya kita bersungguh hati mewaspadai sikap dan perilaku diri yang berpotensi melemahkan diri sendiri dan juga berpotensi melemahkan orang lain di sekitar kita. Pada edisi ke-126 esok, kita berkumpul dan melingkar lagi di Majelis Ilmu Juguran Syafaat.

Syini Malam Tadi

Njugur, mengobrol santai di Syini kopi, usai tawashshulan dan persembahan spesial “Kado Muhammad” malam tadi (9/8).

Usai jenak berbincang dan medang, rombongan melanjutkan pulang ke Banyumas dan Purbalingga. Sebagian singgah berziarah di Magelang.

Kita Beralih dari Era Glorifikasi Kewirausahaan

Dimulai tepat jam 20.00 WIB, empat jam majelis ilmu yang syarat akan ilmu dan makna. Di Alun-alun Banyumas (5/8), Mas Sabrang mengurai dengan perlahan dan tertata, mengembalikan ulang makna keusahaan, uang, target atau tujuan dan keistiqomahan.

“Belajar. Karena setiap usaha membutuhkan ilmu yang berbeda pula. Terdapat jenis hukum yang berbeda pula yang harus kita mengerti”, ujar Mas Sabrang.

Pengusaha panen–petani, harus sinau hukum alam. Dst

“Supaya kita menjadi pengusaha yang pintar. Apa itu pengusaha pintar? Yakni yang mengerti apa itu yang baik untuk dirimu, baik juga untuk orang lain”, imbuhnya.

Mas Sabrang menyuguhkan kebaruan pengetahuan. Pembahasan yang tidak akan kita jumpai dimanapun, sebab diluar sana obsesi tentang sukses masih dipenuhi bias dan sesuatu yang dilebih-lebihkan.